"Apaan, sok cakep banget! Sok asik! Nyebelin ya tuh cewek!" Anara terus menggerutu ketika turun dari mobil. Telinga Arga sampai panas mendengar gerutuan pacarnya itu.
Mereka baru saja sampai dirumah setelah mengantarkan Rahel pulang. Tadi saat ditaman, Rahel meminta Arga untuk mengantarkannya karna sudah terlalu malam. Dari sana Anara terus menggerutu, apalagi Rahel meminta untuk duduk didepan, dengan berat hati Anara mengalah dan duduk dibelakang.
Anara menutup pintu kamarnya tanpa memperdulikan Arga yang memanggilnya dari tadi.
Cewek itu melempar bantal juga gulingnya kelantai."Sumpah ya, tuh cewek nyebelin banget! Mentang-mentang gue gak diaku sebagai pacar malah makin jadi! Gue sumpahin ya tuh si Rahel nikah sama pakboi ulung!" Anara terlihat sedang mengatur nafasnya dengan duduk dikasur. Cewek itu melempar tas juga kamera kesembarang arah.
"Ra, maafin gue dong.." Anara menatap pintu kamar itu malas. Dia masih kesal dengan Arga yang tadi membiarkan Rahel bersikap semena-mena.
"Udah lah sana. Mendingan lo temuin sana tuh cewek gak tau malu! Dateng gak diundang, pulang minta dianter!"
••
Angin berhembus kecang. Udara dingin juga langit mendung menemani Anara yang baru saja datang kesekolah. Anara sedang berjalan dilorong dengan membawa spidol juga botol tinta yang berada ditangannya. Lorong itu terlihat sepi karna jam pelajaran masih dimulai. Anara memasuki kelas XI Ipa-2 dengan mengetuk pintu. Pandangan sekilas tertuju padanya, tak lama mereka sibuk mencatat lagi.
"Ini bu, spidolnya." Anara tersenyum sambil menyerahkan spidol juga tinta pada bu Citra yang sedang duduk dimeja guru. Setelahnya, Anara kembali duduk disamping Sasa.
"Ponsel lo tadi bunyi, untung bu Citra gak denger," Anara yang baru saja duduk itu langsung mengecek ponselnya setelah diberitau oleh Sasa. Benar saja, terdapat dua panggilan tak terjawab dari, Zuan. Anara menyernyit, tidak mengerti kenapa cowok itu menelfonnya.
|ada apa nelpon, kak?
Anara segera mengimkan pesan itu pada Zuan, lalu cewek itu kembali fokus mencatat materi yang belum ia tulis. Tak menunggu lama, ponselnya berbunyi. Dia segera membuka dan pesan dari Zuan terpampang disana.
Zuan
|arga kmna Ra?
|kok dia gk skolah?Dahi Anara mengerut bingung. Bagaimana bisa Arga tidak pergi sekolah, padahal tadi dia berangkat dengan Arga. Cowok itu juga memakai seragam.
Lo jgn becanda dh kak. Tdi gue kesekolah bareng dia kok|
|serius kali. Tuh anak kga masuk sekolah
Anara hanya diam tidak mengerti. Cewek itu memasukan kembali ponselnya kedalam saku rok tanpa berniat membalas. Anara tidak mengetahui kemana perginya Arga sampai tidak masuk sekolah.
"Kenapa, Ra?" Anara menoleh pada Sasa. Dia menggeleng, lebih memilih tidak memberi tau.Anara kembali fokus pada bukunya. Pikirannya tidak karuan memikirkan Arga yang entah pergi kemana. Cewek itu berdecak tanpa alasan, membuat Sasa menoleh dan menepuk bahunya.
"Lo bisa cerita kalo ada masalah, Ra. Siapa tau gue bisa bantu," Anara tersenyum nanar, cewek itu kembali menggeleng. "Gak papa kok, Sa. Makasih udah peduli," Anara mengelus tangan Sasa. Kemudian mereka kembali dalam urusan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
مغامرة[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...