Bagian 35

455 43 55
                                    

"Arga!" Cowok itu perlahan membuka matanya. Pelipisnya sudah dipenuhi keringat dingin. Juga nafas yang tidak beraturan.

"Lo gak apa-apa?" Anara pengusap kening Arga, cowok itu tampak tidak baik-baik saja.

"Cuma mimpi," monolog Arga. Cowok itu menarik nafas dalam-dalam. Anara mengerutkan keningnya karena tidak mengerti apa yang Arga ucapkan.

"Mimpi buruk?" Bukannya menjawab ucapan Anara, cowok itu malah menepis lengan Anara dari pelipisnya. Arga beranjak dari sana menuju kamar  mandi.

Anara mendengus, pasalnya ia tidak mengerti kenapa Arga tiba-tiba seperti itu. Padahal, ia tidak melakukan apapun yang membuat cowok itu marah.

Anara dengan berat hati keluar dari kamar cowok itu. Tadi, saat Anara selesai sarapan, dia mendengar Arga berteriak tidak jelas. Anara sempat mendengar Arga meracau, menyebut nama Rahel meski pelan. Seberharga itukah Rahel sampai terbawa dalam mimpi. Anara berbohong jika ia tidak merasa cemburu saat itu.

••

"Arga!" Cowok dengan seragam tidak rapi itu berbalik badan. Anara berlari kecil dari ruang tamu menuju pintu luar. Menghampiri Arga yang sedang mengeluarkan motor hitamnya.

"Gue boleh bareng sama lo, nggak?" Ucap Anara, "Sasa gak bisa jemput gue, mau bareng sama Gio katanya." Lanjutnya.

"Gue mau bolos." Entah kenapa ucapan itu seperti penolakan lembut. Arga sama sekali tidak menatap mata Anara. Cewek itu menelan salivanya gugup.

"Gak bisa anterin gue dulu apa?"

Arga terdiam sebentar. Cowok itu lalu menghela nafas kasar. "Gue buru-buru." Ucapnya.

Anara menatap punggung Arga dengan nanar. Ia tidak percaya cowok itu melakukan ini padanya. Anara terdiam didepan pintu. Suara deruman motor milik Arga memecah keheningan. Motor besar itu melaju meninggalkan pekarangan rumah. Hanya menyisakan detik-detik kejadian yang membuat Anara tersayat.

••

Hari ini, adalah hari terakhir porseni berlangsung. Semua tampak sibuk menyiapkan acara di aula. Seperti biasanya, Anara sudah berada disekolah Arga pagi ini. Cewek itu tadi tidak melihat Arga.

Wajah Anara masam. Ia berjalan sendirian digerbang menuju lapangan. Ia lagi-lagi merasa kecewa karena Arga berbohong padanya. Tadi pagi, sebelum berangkat, Arga mengatakan bahwa ia tidak akan pergi kesekolah. Namun, Anara memastikan hal itu dengan menelpon Zuan. Ternyata, Arga sudah berada disekolah sejak tadi. Tidak ada yang bisa Anara lakukan. Anara tidak mengerti kenapa sikap Arga berubah begitu saja.

"Kusut amat muka lo," Anara terkejut dengan kemunculan Sasa yang tiba-tiba. Cewek dengan rambut dikepang satu itu menatap wajah Anara penuh selidik.

"Nggak apa-apa," elak Anara.

"Arga ya?" Entah harus menjawab apa. Dugaan Sasa selalu benar. Anara mengidikan bahu untuk menjawabnya.

Sasa menghela nafas berat. Ia sudah bosan mendengar asmara Anara yang selalu dipenuhi konflik. Bukan apa, hanya saja Sasa selalu merasa kesal karena Anara dengan mudahnya memaafkan Arga. Padahal cowok itu selalu bersikap keterlaluan dengan terus membohonginya.

"Kenapa lagi dia?" Namun, tidak ada yang bisa Sasa lakukan selain menjadi tempat curhat Anara. Ia sudah sering memberitahu Anara agar lebih tegas. Sasa merasa kesal kenapa Anara selalu diam.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang