Bagian 69

342 37 7
                                    

"Saya akan tanggung jawab, tan. Saya akan menanggung semua biaya pengobatan Rahel sampai sembuh." Arga, cowok yang kini berada dikediaman Rahel itu memohon dengan sangat pada seorang perempuan yang berada didepanya.

"..saya janji, tante."

Setelah menceritakan semuanya pada orang tua Rahel, Arga benar benar tak tau lagi harus bagaimana. Ia hanya berharap bahwa ibu Rahel bisa mempercayai dirinya untuk bisa membuat Rahel sembuh. Ia akan menjamin bahwa janjinya tak akan pernah diingkari.

"Saya masih gak nyangka," kalimat singkat yang berhasil lolos dari mulut perempuan sedikit tua itu membuat Arga mengangkat wajahnya.

"Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya. Atas nama papa, saya minta maaf."

"Ini kecelakaan, bukan disengaja. Tante bisa mengerti, Arga.." Arga yang mendengar lirihan itu seolah merasakan lega dalam hatinya. Ia sedikit bisa tenang karena ibunya Rahel tak menuntut banyak hal. "Terimakasih untuk tanggungjawab kamu." Lanjutnya.

Lalu kemudian, Arga menyerahkan amplop putih yang berisi lembaran uang. "Mungkin ini nggak seberapa, tapi mohon Tan, tolong terima." Mata perempuan itu menatap kosong kearah amplop putih yang kini disimpan diatas meja yang membatasi keduanya.

"Arga gak akan pernah lupa soal ini, tan. Mulai hari ini, Rahel akan selalu jadi tanggung jawab Arga."

"Iya.." Senyuman terlihat menghiasi wajah perempuan itu. "Tante harap kamu menepati, Ga."

••

"Gue beneran gak tau harus ngapain lagi pas itu, Ra. Gue bingung. Papa juga gak pernah mau tanggung jawab sampai sekarang." Arga membuka suara setelah merasa cukup menceritakan yang sebenarnya. Mengulik masa lalu, berhasil membuat Arga kembali merasakan pedih.

"Kenapa gue gak tau, Ga?" Anara mengangkat kepalanya, menatap Arga dengan wajah merasa bersalah.

"Lo gak harus tau, Ra. Papa juga gak pengen lo sama Mama tau."

"Mama, nggak tau?"

Arga menggeng sebagai jawaban. Seketika Anara langsung merasakan bongkahan batu besar yang seperti menabrak hatinya. Begitu sakit, juga sesak. Ia tak menyangka Arga menyimpan beban sebesar ini sendirian. Ia juga merasa kecewa dengan Varo, sama seperti Arga.

"Gue minta maaf, Ga." Mata itu, mata milik Anara menatap Arga dengan dalam. "Gue gak tau lo kayak gini." Anara melirih, mencoba menahan air matanya untuk tidak terjatuh dihadapan Arga.

"Lo gak salah, Ra. Maaf juga gue rahasiain ini," Lengan Arga mengulur, memeluk Anara dari samping. Laki laki itu merasa lega telah menceritakan sesuatu yang sebenarnya membebankan dirinya.

"Gue sayang lo, Anara." Lalu kemudian, setelah mengatakan itu, Arga mengecup lembut puncak kepala Anara.

Bersamaan dengan itu, air mata Anara jatuh. Ia merasa sesak karena selalu egois ditengah masalah yang menimpa Arga. Yang Anara tak pernah ketahui seberat apa yang Arga rasakan.

"Jangan bilang Papa kalau lo tau ya, Ra." Anara mengangguk dalam pelukan yang kini semakin dieratkan itu.

••

Setelah bercerita berbagai masalah yang sedang Arga hadapi, laki laki itu mengajak Anara keluar. Ia ingin merayakan hari jadinya dengan Anara malam ini.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang