Bagian 48

453 37 1
                                    

Perempuan itu mengunci diri didalam kamar. Ia benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi jika dirinya berada diluar. Sejak tadi, yang dilakukan perempuan itu adalah menghubungi seseorang. Namun, sudah kali keberapa panggilannya tidak juga diangkat.

Anara mencoba kembali menghubungi temannya, Sasa. Ini darurat. Ia tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa lagi selain pada Sasa.

Kali ini, telponnya terhubung. Perempuan itu seperti baru saja terbangun dari tidur. Suara khasnya begitu menggoda siapapun. Pantas saja most wanted sekolah bisa terpincut dengan mantan bad girl satu ini.

"Sa, sorry gue ganggu. Lo bisa kerumah gue nggak?" Ucap Anara dengan perlahan. Ia tidak enak sudah menganggu waktu tidur Sasa.

"Kenapa? Gue lagi tidur nih, ah!" Sudah Anara duga, Sasa pasti akan mengomel. Perempuan itu memang paling tidak suka ada orang yang menganggu tidurnya.

"Gue tahu. Tapi ini penting, Sa. Arga mabuk. Lo nggak lupa kan kalau gue cuma berdua sama dia?"

Seketika mendengar ucapan itu, mata Sasa terbuka lebar. Pantas saja Anara menghubunginya ditengah malam seperti ini.

"Ya ampun gue lupa! Terus sekarang gimana? Lo nggak di apa-apain kan?"

"Hampir." Suara Anara memelan ketika mendengar kegaduhan dikamar Arga. Perempuan itu tidak berani mengecek ada apa disana. "Lo kesini ya, gue takut." Ucapnya.

"Oke. Gue kesana sekarang. Lo tunggu diluar atau dikamar lo. Kunci pintu kamar Arga, pintu kamar lo juga. Ingat, lo jangan kemana-mana. Kamar Arga bahaya malem ini!" Setelah berkata seperti itu sambungan ponsel terputus sepihak. Anara yakin Sasa sedang dalam perjalanan. Perempuan dengan gudang masalah disekolah itu tidak pernah mengabaikan pertolongan sahabatnya.

••

Hampir dua puluh menit berlalu, Sasa sudah sampai dirumah Anara. Ia langsung menerobos masuk karena pintu gerbang juga pintu utama tidak dikunci. Perempuan itu juga sudah memberi pesan untuk membuka pintu kamar Anara karena dirinya sudah sampai.

Sesampainya Sasa dikamar Anara, perempuan itu sedang terduduk dipojok dinding sambil memeluk kedua lututnya. Benar-benar seperti orang ketakutan.

"Ra.." lirih Sasa memanggil temannya. Anara menoleh dan langsung memeluk Sasa saat cewek itu sudah berada didepannya.

"Gue takut.." ucapnya dengan gemetar. Mungkin jika yang berada disituasi ini adalah Sasa, maka perempuan itu akan senang. Bahkan sangat senang. Ia bisa menghabiskan waktunya hanya berdua dengan pacarnya. Tapi Anara berbeda. Sikapnya sangat bertolak belakang dengan cewek itu. Sangat wajar jika Anara ketakutan.

"Jangan takut, ada gue disini." Sasa tersenyum dan melepaskan pelukannya. "Udah ya, nggak usah takut," lengan Sasa terulur menghapus air mata Anara.

"Arga tadi hampir.." jari telunjuk Sasa menempel dibibir Anara. "Stt, jangan diomongin kalau itu bikin lo sedih. Tenang ya," ucap Sasa tanpa membiarkan Anara menyelesaikan perkataannya.

Setelah merasa tenang, Anara menceritakan apa yang terjadi. Dari mulai perempuan itu ditelpon untuk menjemput Arga, sampai dimana Anara benar-benar tahu bahwa Arga bisa seliar dari apa dugaannya.

"Bagus dong! Itu artinya Arga juga suka sama lo." Ucap Sasa setelah mendengar apa yang Arga ucapkan tadi.

"Emang beneran ya omongan orang mabuk itu jujur?" Kata Anara, ia masih belum percaya bahwa itu benar.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang