Bagian 47

448 37 5
                                    

“Kadang aku merasa seperti yang paling beruntung dalam diam, ketika berkhayal selalu bersamamu selamanya.”
---

Perempuan yang sedang tertidur pulas itu terbangun saat mendengar ponselnya berdering. Matanya memincing ketika nama Elzan terpampang dilayar. Untuk apa laki-laki itu menghubunginya ditengah malam seperti ini. Tidak lama, jarinya menggeser tombol hijau, membuat sambungan telepon itu terhubung.

"Halo," ucapnya. Saat ia menempelkan ponselnya ketelinga, suara gemuruh juga musik terdengar begitu keras. Anara tidak tahu dia ada dimana.

"Lo bisa kesini gak?" Ucap laki-laki itu disebrang sana.

"Kemana?"

"Diskotik. Arga mabuk. Dia nggak mau pulang kalau bukan lo yang jemput," perempuan itu terkejut bukan main. Mendengar suara Elzan yang tampak serius, Anara bangkit dari duduknya.

"Gue kesana sekarang," Anara mengambil pakaian hangat miliknya setelah mematikan sambungan telpon. Tidak lama dari sana, terdengar bunyi notifikasi. Anara melihat Elzan mengirimnya sebuah alamat.

Perempuan itu bergegas menuju mobilnya. Anara bahkan lupa mengganti pakaian. Dia menggenakan bichon  pants yang sangat pendek.

Mini Cooper berwarna merah itu melaju membelah hembusan angin malam. Jalanan begitu sepi sekarang, hanya ada satu atau dua kendaraan yang melintas dijalan perumahan Anara.

Anara mencoba menghubungi Arga. Panggilan pertama tidak ada yang menjawab. Dia mencoba kembali tapi hasilnya tetap sama. Mungkin laki-laki itu tidak mengaktifkan ponselnya. Anara melempar ponselnya jok samping. Dia benar-benar kesal. Pasalnya, tadi Arga sudah berjanji tidak akan pulang terlalu larut. Cowok itu malah asik-asikan dengan temannya dan melupakan dirinya yang tengah sendirian dirumah.

Anara sampai disebuah tempat yang cukup ramai setelah berkendara, perempuan itu memarkirkan mobilnya diantara kendaraan yang berjajar. Tidak jauh dari sana, Anara melihat motor besar Arga yang terparkir dipaling pojok. Laki-laki itu benar ada disini.

Anara keluar dari mobil. Angin malam langsung menusuk kakinya yang tidak terlapisi kain apapun. Perempuan itu tidak berani masuk. Ini adalah kali kedua Anara menginjakan kakinya ditempat seperti ini. Dulu, Elena juga teman Smpnya, Khael, mengajak Anara kesini. Namun hal yang tidak diinginkan terjadi. Anara tiba-tiba saja ditarik paksa oleh laki-laki seusianya. Jika saja tidak ada Elzan saat itu, mungkin Anara sudah tidak seperti ini. Hal itu juga menjadi awal pertemuan antara Anara dan sahabat Arga, Elzan.

Perempuan itu kembali masuk kedalam mobil, ia mengambil ponselnya dan menelepon Zuan. Jika Anara memberanikan masuk kedalam, sudah pasti hal sebelumnya akan terjadi lagi. Anara tidak akan pernah mau.

"Kak, gue ada didepan. Lo bisa kesini nggak?" Ucapnya.

"Gue kesana sekarang," setelah berkata seperti itu, terdengar bunyi sambungan terputus. Anara memasukan kembali ponsel nya kedalam saku celana. Tidak berselang lama seseorang memanggilnya. Anara langsung menghampiri saat Zuan berada disebrang ia berdiri.

Dijalan menuju kedalam, tidak ada yang diucapkan oleh keduanya. Mereka sibuk dengan perasaannya masing-masing. Anara dengan rasa khawatirnya, dan Zuan entah sedang memikirkan apa.

"Arga," ucap Anara setelah berada ditempat mereka duduk. Anara melihat banyak botol minuman keras yang ada dimeja. Matanya jatuh pada lelaki yang saat ini sedang tertawa. Arga juga berbicara tidak jelas.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang