Bagian 8

1.1K 88 12
                                    

Dengan perasaan gundah Anara turun dari mobil hitam Sasa. Dia berdiri didepan gerbang setelah mobil temannya melaju, meninggalkan dia seorang diri dirumah besar dengan halaman luas ini. Ayo, lo pasti gak akan gugup! gumam Anara dalam hati. Cewek itu terus menyemangati dirinya agar tidak gugup ketika bertemu Arga didalam nanti.

Anara perlahan membuka gerbang. Balkon atas terlihat kosong dan pintu kamar Arga tertutup rapat. Anara menghela nafanya, berharap Arga sedang tidak ada dirumah sekarang. Semalam, cewek itu dipaksa Sasa untuk pulang. Bukanna tidak mau disinggahi, hanya saja Myta terus menelpon Sasa karna khawatir dengan Anara.

"Assalamualaikum," Anara mengetuk pintu besar cokelat itu. Tak menunggu lama, pintu itu terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya yang terlihat awet muda dengan dress hitam yang ia kenakan.

"Waalaikumsalam, sayangg!" Myta langsung memeluk Anara. Cewek itu sedikit mendorong tubuh Mamanya karna pelukannya sangat erat, membuat dirinya sesak nafas.

"Kamu tuh kemana aja sih, Ra? Kamu tau Mama khawatir banget!" Myta merangkul Anara kedalam, pintu besar itu dia tutup rapat. Mereka berdua memilih duduk disofa ruang tamu. Anara mengedarkan pandangannya, rasanya rindu sekali dengan rumah ini. Padahal hanya ditinggalkan sehari.

"Apalagi bang Arga, dia khawatir banget sampe gak bisa tidur," Anara menelan salivanya mendengar nama itu disebut. Benarkah? Anara bahkan tidak menyangka Arga menghawatirkannya sebesar ini.

"Maaf, Ma. Lain kali Anara gak akan kayak gitu lagi," ucap Anara terdengar melirih. Perempuan yang duduk disebelahnya itu hanya tersenyum tulus, tangannya merapikan rambut Anara yang tampak kusut.

"Yaudah, sana mandi, terus kita makan bareng ya!" Anara hanya mengangguk. Dia pergi dari sana sesudah memeluk Mama tercintanya itu. Dia berjalan menaiki anak tangga degan perasaan gugup yang mengguncang.

Saat Anara menyebrangi kamar Arga, terlihat sekilas cowok itu sedang memainkan ponselnya. Mungkin Arga tidak mengetahui bahwa dirinya sudah pulang. Anara kembali berjalan menuju kamarnya, suasana sejuk menyelimuti kamar yang didominasi warna putih elegan itu. Ranjang putih dan nakasnya tampak rapi. Sepertinya tidak ada yang memasuki kamarnya selama ia pergi.

Anara menghela nafasnya, dia melempar tasnya kesofa yang berada didepan tv. Anara merebahkan tubuhnya dikasur itu. Matanya terlelap kedalam pikiran yang akhir-akhir ini membuatnya resah. Cewek itu tertidur dengan perasaan gundah dan seragam yang masih ia kenakan. Tubuh dan pikirannya seakan butuh istirahat untuk menghadapi hari yang lebih berat kedepannya.

**

Anara baru saja selesai mandi. Cewek itu nampak anggun dengan piyama biru langit pendek yang ia kenakan. Motif awan terlihat menghiasi baju itu. Anara berjalan menuju sofa kamarnya. Dia mengambil ponsel yang berada dinakas.
Cewek itu terlihat terkejut karna pesan masuk yang banyak serta panggilan tak terjawab dari Arga mencapai puluhan kali. Semalaman memang Anara mematikan ponselnya. Dia masih dalam mode penenangan sehingga malas diganggu.

"Ra," Anara menoleh kearah pintu, terdengar suara Mamanya memanggilnya. Anara langsung berjalan menuju pintu itu, terlihat Myta dengan rambut panjang terurai itu tampak seperti gadis seusianya.

"Makan yuk, kamu pasti laper kan?" Anara mengangguk, "nanti Anara nyusul, Ma," Tanpa penolakan Myta mengangguk setuju. Perempuan yang berstatus sebagai Mamanya itu tidak bisa memaksa Anara. Mungkin saja putri bungsunya itu sedang tidak lapar. Padahal, dia hanya sedang mengumpulkan nyali untuk bertemu Arga.

Myta menghela nafasnya, dia menutup pintu sembari tersenyum. Anara kembali duduk disofa. Tangannya membuka ponsel dan mendapati pesan dari Arga semalaman. Terdapat duapuluh pesan belum terbaca. Isi pesan itu hanya menanyakan dimana keberadaan Anara, dan menyuruhnya pulang.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang