Bagian 70

178 33 13
                                    

Meski aku tau akhir kisah cinta kita akan terluka, setidaknya kamu selalu membuatku bahagia.”

--

Dibawah sana, setelah dua remaja yang sedang dimabuk asmara itu selesai menaiki bianglala, mereka terdiam dengan mata yang terarah ke langit.

Terlihat sangat jelas berbagai kembang api naik untuk menghiasi langit. Menemani bulan yang kesepian tanpa bintang.

Mata berbinar itu, Arga tatap dengan dalam. Menurutnya, kembang api diatas sana tak indah dibandingkan dengan mata cokelat perempuan disampingnya itu.

“Lo cantik, Ra.” Ucapan Arga yang tiba tiba, sontak membuat Anara menoleh. Ia lalu tersenyum tipis. “Pacar gue cantik,” sambung Arga, semakin membuat Anara salah tingkah.

“Lo gak cape bikin gue salting terus?” Ucap Anara bercanda, sebelah alis perempuan itu terangkat. Menatap Arga seolah tidak termakan rayuan cowok itu.

“Nggak, kan gue ngomong jujur. Pacar gue cantik.” Arga menjawab dengan mata yang tak lepas dari Anara. Lalu, lengan kekar Arga mengusap surai rambut Anara dengan lembut.

“Udah berapa cewek yang lo giniin?” Usapan lembut itu terhenti ketika Anara berbicara.

Arga mengela nafasnya pelan, lalu tubuhnya sedikit maju agar lebih dekat dengan Anara. “Gak ada, Ra. Cuma lo, gak ada yang lain” Tatapan Arga meyakinkan Anara bahwa apa yang ia katakan adalah yang sebenarnya.

Anara berdiri, ia mendengus kasar. “Masa?” Ia menoleh sekilas kearah belakang, “kalau Rahel? Pasti lo bilang kayak gini juga, kan ke Rahel?” Meskipun Anara mengucapkan itu dengan niat bercanda, hatinya tetap terasa sesak.

Arga yang mendengar itu berdiri mendekati Anara. Ia tak suka, benar benar tak suka jika Anara membahas orang lain ketika dirinya sedang berdua dengan Arga. Arga kemudian berjalan kehadapan Anara, mengusap pelan pipi gadis didepannya.

“Ra, stop bilang kayak gitu. Gue gak suka lo bahas orang lain.”

“Orang lain?” Sebelah alis Anara kembali terangkat, mata perempuan itu menatap Arga dengan tatapan menantang. Lengannya ia gerakan untuk memberikan sentuhan pada tangan Arga yang masih berada dipipinya. “Bukannya Rahel cewek yang lo sayang banget? Sampe, kayaknya lo lebih sayang dia ya dari pada gue?” Kekehan yang dikeluarkan Anara, membuat Arga menelan salivanya. Ia dibuat bingung dengan sikap si gadis yang tiba tiba berubah.

“Ra..”

“Kenapa? Gak bisa jawab, ya?”

“Anara Alexa.” Arga menyebut nama Anara dengan nada tak biasa. Anara mengerti, Arga menegaskan dirinya agar tak melewati batas.

Namun, Anara tak peduli. Menurutnya Sasa benar, tentang, ia tak harus selalu mengalah untuk mendapatkan cinta Arga. Terkadang, Anara juga harus lebih bisa bersikap agar Arga tak semena mena padanya. Terlebih, selama ini Anara hanya diam. Anara selalu membiarkan apa saja yang Arga lakukan, padahal itu menyangkut perihal hati.

“Ayo pulang.” Suara Arga memecah keheningan malam. Meskipun suasana dipasar malam masih sangat ramai, tapi perbincangan keduanya terhenti begitu saja saat Anara tak lagi mengeluarkan kata.

••

Pagi ini, Anara merasa sangat tidak bersemangat. Perempuan itu bahkan bangun terlambat dari biasanya. Sehingga membuat ia harus buru buru mandi dan bersiap siap untuk pergi ke sekolah.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang