Arga menghela nafas, entah sudah yang keberapa kali. Laki laki dengan kaos putih itu menatap lesu pada lintingan batang yang mengapit diantara celah jarinya. Dengan sisa asap rokok yang masih mengepul sebelum akhirnya menghilang dibawa angin.
Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Namun, matanya tak juga terlelap ingin tidur. Berbagai masalah datang menghampiri pikiran cowok itu, hingga mungkin dengan merokok, dirinya akan sedikit tenang.
"Nyokap gue berubah, Ga, sekarang. Dia gak sebaik dulu. Sikapnya kembali kayak dulu, sebelum dia maafin gue."
Ucapan Rahel sore tadi masih tercetak jelas dalam ingatannya. Wajah risau juga kekhawatiran terlihat saat Rahel mengatakan itu.
Mata Arga beralih menatap balkon kamar Anara yang sudah tertutup rapat. Terlihat lampu kamarnya sudah mati, perempuan itu sudah berada di alam mimpi pasti.
Lagi lagi, Arga menghela nafas. Mencoba melupakan berbagai beban yang memaksa masuk kedalam pikiriannya.
Rokok yang sudah menjadi puntung itu ia buang kelantai, diinjak dengan sandal miliknya. Ujung rokok yang tadi menyala merah, sudah padam.
••
"Anara!"
Anara yang merasa namanya terpanggil itu menoleh kebelakang. Arsen yang memanggilnya. Cowok dengan seragam berantakan itu berlari kecil mendekati Anara yang masih terdiam ditempat.
"Nggak ke kantin? Tadi gue nyari lo kesana." Ucap Arsen saat sudah berada di depan Anara.
"Nggak."
"Sasa masih belum sekolah juga?"
"Belum."
Arsen mengangguk, kemudian keduanya berjalan saling berdampingan. Keadaan menjadi canggung sekarang. Anara hanya diam, tidak berniat membuka obrolan. Begitu juga Arsen, melihat Anara diam mengurungkan niatnya. Padahal, tanpa Arsen sadari, Anara merasa senang bisa berjalan disamping Arsen lagi.
Keduanya sudah sampai di depan kelas Anara. Seperti pasangan kekasih, Arsen berdiri didepan Anara, menunggu perempuan itu masuk ke dalam.
"An," Anara yang hendak masuk kedalam kelas, menoleh pada Arsen. Mengangkat sebelah alisnya, menunggu cowok itu berbicara.
"Pulang sekolah, lo free?" Ucap Arsen, sedikit berbisik ditelinga Anara.
"Kenapa?"
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Tapi, kalau lo gak bisa, gak papa."
"Iya, gue ikut."
Setelah mendengar ucapan Anara, Arsen mengulas senyum. Merasa senang dengan jawaban perempuan yang selalu ada dipikirannya itu.
"Kalau gitu, pulang sekolah kita kesana," Anara hanya mengangguk. Ia kemudian masuk kedalam. Meninggalkan Arsen yang masih tersenyum memandangi punggung Anara.
••
Sore ini, jika ada alat ukur kebahagiaan, sepertinya Anara akan menjadi pemilik kebahagiaan terbesar.
Siapa sangka Arsen akan mengajaknya ke pantai. Tempat yang paling Anara sukai dimuka bumi.
Dengan lengan saling bergandengan, keduanya berjalan menginjak pasir pasir yang terasa sedikit hangat akibat sorotan sinar matahati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Avventura[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...