"Lo yakin mau ninggalin gue sendirian dirumah?" Ucap perempuan yang sedang duduk dikursi. Dia tengah meyakinkan kembali lelaki yang saat ini sedang memakai baju.
"Gue nggak akan pulang malem, Ra." Ucapnya. "Lo telpon Sasa aja biar nemenin lo disini," cowok dengan kaus putih yang dilapisi kemeja itu merapikan rambutnya.
"Lagian lo mau kemana sih? Mama kan udah bilang jangan keluar malem." Ucap Anara, mata perempuan itu menoleh kearah jam dinding, "ini tuh udah jam delapan," ucapnya.
Arga menghela nafasnya kasar. Ia kemudian berjongkok didepan Adiknya. "Denger ya. Gue nggak akan pulang malem, janji." Lengannya menangkup pipi perempuan itu. "Gue pergi sama temen-temen. Bukan sama cewek, Ra. Bentar doang."
Anara memejamkan matanya. Rencananya untuk mengajak Arga makan diluar harus terkubur. Anara menghela nafasnya. Ia tidak bisa egois. Dunia Arga bukan hanya tentangnya. Meskipun sedikit ragu, namun Anara mencoba untuk percaya.
"Yaudah. Janji jangan pulang malem banget," ucap perempuan itu. Arga mengusap puncak kepala Anara dengan tersenyum. "Iya sayang, janji." Ucapan itu mampu membuat Anara membeku. Dia tidak salah dengar. Matanya terbuka sempurna saat Arga berbicara seperti itu. Perempuan itu lalu memeluk Arga dengan amat erat. Dia dibuat senang meski dengan ucapan sederhana.
••
Keempat laki-laki itu sudah berada disebuah ruangan besar. Lampu berkelap-kelip menyambutnya. Juga aroma alkohol menyengat, membuat indera penciumannya hilang rasa. Suara musik dj yang diputar sangat keras itu mampu menulikan siapapun yang ada disana.
"Yakin nih lo yang bayar?" Ujar Zuan, cowok itu sedikit berbisik pada Yanto.
"Yakin lah! Buruan!"
Keempatnya lalu berpencar. Arga lebih memilih duduk bersama Elzan. Sedangkan Yanto dan Zuan entah kemana. Mereka sibuk mencari perempuan yang akan menemani. Banyak sekali disini berbagai macam perempuan. Ada pengunjung, juga ada wanita bayaran.
"Kenapa lo?" Arga menoleh pada Elzan saat laki-laki itu bertanya.
"Nggak kenapa-kenapa," ucapnya.
"Banyak masalah?" Pertanyaan Elzan tepat sasaran. Entah kenapa cowok itu selalu bisa menebak apa yang Arga pikirkan. Mungkin karena sudah lama bersama, mereka jadi hafal kebiasaan satu sama lain.
"Iya. Lo sendiri? Tumben mau ikut ketempat ginian?" Ucapan Arga membuat Elzan tersenyum miring. Elzan memang tidak pernah mau ikut ketika diajak ketempat seperti ini. Cowok itu lebih memilih menghabiskan waktunya dirumah atau bermain golf. Arga sudah sangat yakin bahwa Elzan sedang banyak pikiran. Pasalnya, Elzan pergi ketempat seperti ini hanya untuk menenangkan diri saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Adventure[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...