Bagian 23

558 50 5
                                    

Arga melajukan motornya kencang. Kali ini, hanya Anara yang memenuhi isi kepalanya. Perlakuan cewek itu yang membuat Arga bingung tidak bisa lepas ia pikirkan.
Arga berkendara dengan pikiran buyar. Tentang kondisi Rahel yang tidak baik, juga hubungan asmaranya dengan Anara yang renggang. Cowok itu terus mendengus disempanjang jalan.

Arga tidak berniat sekolah. Cowok itu bolos hari ini. Arga memarkirkan motor hitamnya disebuah warung pinggir jalan. Tempatnya tidak besar, namun terlihat ramai oleh para remaja berseragam disana. Cowok itu menyimpan motornya dibawah pohon jambu yang tinggi, bersimpangan dengan motor lain.

Diluar, ada banyak orang yang menyapa Arga, namun cowok itu hiraukan. Menyisakan kerutan dikening para manusia itu, Arga berjalan kedalam.

Cowok itu menemukan tiga temannya. Ternyata mereka bolos juga. Arga duduk dikursi kayu yang berada tidak jauh dari tiga lelaki itu. Pasang mata ketiganya menatap Arga heran.

"Lo hutang penjelasan sama kami!" Ujar Yanto dengan tegas. Arga yang semula menutup wajahnya dengan topi, langsung duduk tegak.

"Iya! Kemana aja lo dua hari ini?" Zuan ikut menimpali, cowok itu sedang menyeruput mi kuah.

"Rahel." Hanya satu kata namun membuat tiga manusia itu saling tatap.

"Rahel?" Yanto membeo, "karna itu cewek lo gak sekolah? Kenapa Ga?" Ucapnya dengan sedikit terkekeh.

"Dia drop. Kalian pasti tahu kondisi Rahel bagaimana," ucap Arga seakan membela diri.

"Bukan itu yang kami maksud, tapi lo sama Anara," Arga menatap mata Zuan lekat, cowok itu terkejut dengan perkataan Zuan, "lo pacaran sama dia?" Arga meneguk ludah mendengarnya.

"Jawab. Lo gak bisa sembunyikan ini dari kami, Ga!" Yanto mendesak. Sementara yang didesak, menampakan wajah biasa saja.

"Iya. Gue sama Anara pacaran." Ucapan Arga membuat ketiganya kembali saling tatap, juga terheran-heran.

"Kenapa? Lo kan tahu kalau lo sama Anara itu-"

"Saudara? Satu darah? Gak bisa bersama?" Kata Arga memotong ucapan Elzan. Cowok itu dari tadi diam, "gue udah tahu. Gue juga udah siap dengan semua konsekuensinya. Gak usah kalian kasih tahu lagi." Wajah Arga tidak bersahabat, sepertinya cowok itu malas membahas hal ini. Bisa dibaca lewat matanya, Arga tidak gairah membahasnya.

"Kenapa, Ga?" Elzan kembali bertanya, seperti tidak puas dengan penjelasan Arga tadi.

"Kami saling suka. Saling sayang, Zan. Kami juga gak bisa nahan perasaan ini. Kami gak bisa paksa perasaan ini buat berhenti, gak bisa." Ketiga manusia itu meneguk ludah. Tidak menyangka ketua mereka yang sangat banyak disegani kaum hawa itu malah memilih berpacaran dengan Anara. Adiknya sendiri.

"Sebelum gue terima Anara. Juga sebelum gue memulai semuanya, gue udah siap. Gue udah susun semuanya kedepan. Gue, siap mengakhiri jika Tuhan berkata, selesai." Ujarnya tegas. Cowok dengan seragam yang berantakan juga tidak membawa tas itu mengusap wajahnya penuh amarah. Seperti terbakar.

"Kami juga gak bisa larang lo buat ambil apa yang lo mau. Cuma, lo kan tahu Anara itu adik lo," Arga menatap Yanto, membuat cowok yang ditatap meringis ketakutan.

"Ma-maksud gue, emang lo yakin sama dia?" Ujarnya membenarkan.

"Gue sayang sama dia, Yan. Tapi gue gak mau Anara menyimpan rasa semakin dalam sama gue. Gue gak mau bikin dia berat kalau waktu gue sama dia sudah habis. Gue gak mau Anara berat buat melepas gue." Tatapan Arga menerawang. Perasaan bersalahnya atas kejadian kemarin menghantui pikiran cowok itu.

"Kemarin, lo kemana?" Tanya Elzan. Cowok itu ingin sekali bertanya tentang Arga yang berbohong pada Anara.

"Gue anter Rahel cek-up." Jawab Arga.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang