Bagian 16

717 66 9
                                    

Anara sedang duduk menyendiri didekat kelas sepuluh. Dia ditemani semilir angin yang berhembus disiang hari ini. Lapangan didepannya terlihat membentang lebar. Lorong sekolah juga terlihat sepi, padahal ini adalah jam istirahat.
Anara menghembuskan nafas pendek. Pikirannya masih tertuju dengan kejadian tadi malam. Anara mendongak, menatap atap juga langit yang cerah.

"Ra," seorang cewek duduk disebelah Anara. Dia menepuk bahu Anara saat tersadar bahwa cewek itu terlihat sedih. Anara menoleh pada Sasa dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.

"Perpus yuk?" Anara terlihat diam, tak lama dia mengangguk dan berdiri. Cewek itu membenarkan roknya yang tersingkap.

Mereka berdua berjalan dilorong itu. Tidak ada sama sekali pertanda kemunculan para siswa. Dilorong itu hanya terdapat Anara juga Sasa.

"Sorry kalo ucapan gue gak enak didenger," Anara menoleh pada Sasa. Mungkin sikap Anara menunjukan bahwa dirinya tengah runyam.

Anara tersenyum, "gak papa. Lo ada benernya kok, Sa." Sasa yang masih tidak enak hati itu hanya diam. Membiarkan Anara tenggelam dalam masalahnya.

Mereka berdua sudah sampai dipintu perpustakaan. Disana terlihat ramai, penghuninya rata-rata perempuan. Siswa laki-laki yang berada disini hanya berkeliling tidak jelas. Mungkin mencari mangsa untuk daftar mantannya.

"Sa, lo dipanggil pak Broto keruang guru," ucapan dari Keiza itu mampu membuat keduanya menoleh. Sasa dan Anara saling tatap, tidak mengerti mengapa guru BK itu memanggil Sasa.

"Lo buat kasus?" Tanya Anara. Pasalnya, pak Broto tidak mungkin memanggil nama siswanya selain untuk bertanggung jawab atas kasusnya.

"Nggak, ada apa ya?" Sasa terlihat panik sekarang. Cewek itu tidak merasa berbuat salah, tapi mengapa pak Broto memanggilnya.

"Udah temuin dulu, jangan panik," Sasa menghela nafasnya, berusaha mengontrol dirinya agar baik-baik saja.

"Gue tunggu lo disini ya, Sa?" Sasa mengangguk lalu pergi bersama Keiza keluar dari perpus. Sementara Anara, dia dengan berat hati harus menunggu disini.

Anara mulai memilih buku agar tidak gundah. Cewek itu berjalan diantara rak-rak yang berbaris rapi. Matanya menatap buku novel dengan berbagai genre. Tangan Anara meraba buku itu. Mengelusnya dengan penuh perasaan. Anara teringat dulu Arga sering memberikannya buku cerita.
Anara kembali berjalan, kini rak yang berada dihadapannya berisi oleh buku materi pelajaran.

Anara melihat sekeliling ketika merasa ada yang memperhatikannya. Mata cewek itu menangkap sosok cowok yang berada disebrang rak. Cowok itu tersenyum ketika Anara menatapnya.
Anara hanya tersenyum sekilas lalu kembali memilih buku. Siapa sangka, cowok itu juga mengikuti Anara.

"Anara ya?" Ucapnya. Anara tidak mengubrisnya dan hanya diam.

"Jutek banget," ujar cowok itu dengan terkekeh diakhir kalimat. Anara menatapnya sinis, kemudian dia memutar bola matanya malas.

"Kenal aja nggak!" Ucap Anara ketus. Cewek itu berjalan, berusaha menjauh dari cowok yang saat ini berdiri dibelakangnya dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.

"Yaudah kenalan dulu," cowok itu berdiri didepan Anara dengan tangan yang berada disaku serta tubuh yang bersandar dirak buku cokelat itu, "gue Arsen Arkana." Anara menatapnya datar. Cowok itu mengulurkan tangannya, tak lama, Anara membalas uluran tangan itu. Dia tidak mau dianggap sombong juga sok jual mahal karna tidak membalas uluran tangan cowok tampan itu.

"Anara," setelah berucap, Anara melepaskan uluran tangannya lalu kembali mencari buku. Sebetulnya Anara sama sekali tidak berniat membaca, hanya saja dia berpura-pura sibuk agar cowok itu pergi.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang