Bagian 25

642 52 8
                                    

Pagi ini mentari begitu terlihat menawan. Langit biru terlukis indah dengan awan putih yang menggantung disana. Menemani dua insan yang baru saja berdamai diperjalanan.

Perempuan dengan wajah berseri-seri itu tak lepas memeluk lelaki yang memboncengnya. Rambut panjang berwarna hitam tampak tertiup angin. Juga helm bogo berwarna hitam itu melingkar sempurna dikepalanya.

Lelaki didepannya itu mengusap lembut tangan Anara yang melingkar diperutnya. Arga mencuri pandang lewat pantulan spion. Cowok itu mengulas senyum ketika melihat Anara yang menunjukan deret gigi putih nya.

"Hari ini gue seneng!" Anara sedikit mengeraskan suaranya karna derum kendaraan juga suara angin ikut meramaikan jalanan.

"Senang kenapa?" Tanya Arga dari balik helm.

"Karna bisa baikan lagi. Bisa peluk-peluk lagi!" Cewek itu nampak nyengir dibalik badan Arga.

Hampir limabelas menit berada dijalanan, kedua manusia itu sudah sampai didepan gerbang sekolah. Sekarang Arga, tidak menurunkan Anara dipertigaan jalan karna cewek itu sudah tidak melarangnya untuk sampai gerbang.

Gerbang hitam yang menjulang tinggi itu terbuka lebar. Siswa-siswi masih banyak yang baru datang, termasuk Sasa. Cewek dengan rambut dikepang itu baru saja turun dari mobil Ignis putihnya.

"Semangat belajarnya. Jangan lirik-lirik cowok lain, ingat!" Anara bersemu malu dan berusaha agar tidak tersenyum didepan Arga.

"Lo juga! Jangan dekati Rahel!" Arga terkekeh lalu mengusap puncak kepala Anara. Cewek itu mencium punggung tangan Arga. Membuat lelaki dihadapannya ini terkejut, kemudian senyuman terlukis diwajahnya.

"Hati-hati ya, pacar," Anara tersenyum manis lalu melambaikan tangannya setelah mendapat anggukan dari Arga. Cowok itu memutar motornya dan melaju dari sana. Meninggalkan suara deruman yang masih membekas ditelinga Anara, juga kejadian beberapa menit lalu yang membuatnya hampir meledak karna senang.

Anara berlari kecil menghampiri Sasa. Cewek itu terlihat sedang mengobrol dengan pacarnya. Rambut Anara yang digerai bergoyang ketika pemiliknya berlari.

"Hai, Sa. Hai Gio!" Sapa Anara. Kedua manusia itu tersenyum lalu menyapa kembali Anara.

"Udah baikan nih, yeee." Sasa menggoda Anara karna tadi sempat melihat temannya itu turun dari motor Arga sebelum Gio memanggilnya.

"Udah, dong," Anara sedikit tersipu, cewek itu menahan senyum dan mengaitkan rambutnya kebelakang daun telinga.

"Aku kekelas dulu ya, nanti istirahat ketemu dikantin." Sasa berpamitan pada Gio. Cowok dengan seragam tidak rapi juga dasi yang tidak terikat dikerahnya itu mengangguk.

"Gue pamit ya, Gi." Gio lalu menatap Anara, bibirnya tersenyum. Cowok itu kemudian meninggalkan dua perempuan yang masih berdiri ditempatnya.

"Kok mau sih dimaafin," Anara yang semula menatap lurus lorong yang ramai itu jadi menoleh pada Sasa.

"Maksud lo?" Kata Anara. Sasa sedikit tidak enak karna telah berkata demikian.

"Ya maksudnya kan Arga udah bohongin lo. Mana pakai alasan gak masuk akal lagi. Kok mau dimaafin sih?" Sasa menatap Anara dengan sedikit perasaan kesal. Pasalnya, kesalahan Arga begitu besar. Anara sepantasnya tidak memaafkan Arga yang telah membohonginya.

"Manusia berhak punya kesempatan kedua. Begitu juga Arga," Anara kembali berjalan dengan tenang. Cewek itu menatap lapangan yang ramai karna kelas duabelas sedang bermain bola.

"Ya tapi kan, Arga udah bohongi lo. Dia malah jalan sama si Rahel, tapi bilangnya mau jenguk neneknya Wiro. Padahal udah gak ada. Gak punya otak banget deh!" Sasa terus menyerocos, sejujurnya, yang dikatakan Sasa memang benar. Otak Anara kembali bekerja, dia berfikir keputusannya salah atau tidak. Tapi perasaan sayangnya pada Arga begitu besar sehingga cewek itu mudah untuk memaafkan Arga.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang