Ditengah perjalanan pulang, hujan muncul dengan tiba tiba. Membuat si pengendara motor yang sedang menikmati indahnya sore hari harus menepi.
"Lo gak dingin pake baju gitu?" Seorang perempuan menoleh kesamping, laki laki dengan rambut berantakan menatapnya.
"Nggak."
Keadaan menjadi hening. Tidak ada yang berbicara lagi. Keduanya sibuk dalam pikiran masing masing. Menyaksikan air hujan yang mulai membasahi permukaan bumi.
Gadis itu, gadis dengan rambut panjang terurai, ia gelisah. Anara ingin bertanya sesuatu. Yang sudah lama menjadi keganjalan dalam benaknya.
"Arga," si pemilik nama menoleh, tatapan teduh itu membuat Anara bertambah tidak berani menanyakan apa yang membuatnya penasaran.
"Gue boleh nanya sesuatu, gak?"
"Tanyain aja," tatapan mata Arga kembali seperti semula. Menatap langit yang mulai menghitam, kemudian turun, menyaksikan rintik air hujan yang mengalir entah pergi kemana.
"Kenapa lo..benci sama papa?" Pertanyaan itu membuat Arga mengangkat kepalanya, dengan satu alis terangkat.
Laki laki itu terkekeh kecil, "lo masih penasaran?" Tanyanya.
Anara tidak menjawab. Ia menggigit bibir bawahnya. Menahan perasaan canggung yang tiba tiba datang menyelimutinya.
Arga menatap Anara. "Ra, gimana sih rasanya, ketika orang yang lo sayang, harus mempertaruhkan hidupnya karena orang yang sering lo bangga banggain? Gimana sih rasanya, ketika lo sayang sama orang, dan hidup orang itu hancur karena orang yang penting dihidup kita? Sakit kan?" Tanya Arga dengan satu kali tarikan nafas.
Perasaan Anara campur aduk, antara tidak mengerti dengan apa yang Arga bicarakan, dan rasa bersalah.
"Iya." Hanya itu yang keluar dari mulut Anara.
"Itu yang gue rasain." Arga menghela nafasnya. "Nanti lo juga tau sendiri apa yang bikin gue benci sama papa. Ini bukan urusan lo, jadi lo gak usah pikirin ini."
Arga berdiri, "ayo pulang. Kalau nunggu reda bakal lama."
••
Hari ini, hari Minggu. Anara baru saja selesai mencuci sepatunya. Meski memiliki pembantu rumah tangga, rasanya ia bukan seperti pelajar jika tidak mencuci sepatunya sendiri.
Perempuan itu sedang berada didepan cermin. Rambutnya yang semula diikat asal, ia urai. Anara mengambil lipstik dengan warna pink yang tidak terlalu mencolok. Ia mengoleskannya dibibirnya dengan rapi.
Hari ini, Arga mengajaknya kesuatu tempat. Katanya, ini adalah hari bahagia karena Arga akan mengenalkan dirinya pada seseorang yang Anara tidak tau itu siapa.
Dengan balutan dress abu abu selutut, Anara tampak cantik. Akhir pekan ini akan sangat sempurna untuknya.
••
Motor hitam itu melaju di jalanan yang tampak ramai. Jalanan kota tua yang memanjakan mata, juga cuaca siang hari yang tampak mendukung.
Namun, jalanan yang dilewati begitu tampak membingungkan. Anara berusaha berfikir jernih ketika jalanan yang Arga lewati itu menuju arah pemakaman.
Anara tidak salah, Arga memarkirkan motornya tepat didepan gapura bertuliskan pemakaman umum."Kok kita kesini, Ga?" Tanya Anara setelah keduanya turun dari motor. "Katanya lo mau.."
"Iya ini. Gue mau kenalin lo sama orang yang berhasil ngubah hidup gue." Dahi Anara mengernyit saat Arga tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Pertualangan[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...