"Sudah habis makanannya?" Anara yang tengah menulis itu dikejutkan dengan kedatangan Arsen yang tiba-tiba. Cowok itu duduk dibangku Sasa. Sementara pemilik bangku, entah pergi kemana dengan pacarnya.
"Udah, tapi baru sedikit." Anara menjawab tanpa menoleh kearah Arsen. Cowok itu mengangguk.
"Enak?"
"Enak," cewek itu telah selesai merangkum materi yang diberikan bu Citra. Tadi, Anara yang menulis dipapan saat guru rapat untuk membahas soal porseni. Dan akhirnya, cewek itu kembali mencatat dibuku. Memang sangat melelahkan menjadi sekertaris kelas.
"Makan lagi, lah. Biar agak ngisi dikit," Arsen terkekeh diakhir kalimat, cowok itu menyandarkan punggungnya dibangku coklat.
Anara membalasnya dengan bergumam kecil, tangan cewek itu mengambil kotak makan milik Arsen yang disimpan di laci mejanya.
"Gue kembalikan aja. Nih," Anara mendorong kotak makan merah muda itu kearah Arsen. "Makasih, enak kok makanannya. Lain kali gak usah repot-repot bikin, gue juga suka sarapan dirumah," Arsen terdiam. Anara tahu sikapnya itu membuat cowok didampingnya itu kesal.
"Gue mau ketoilet," Arsen bergumam setelah Anara berdiri. Cowok itu masih diam membeku dibangku Sasa.
"Gak apa-apa deh, seenggaknya dia makan biarpun sedikit." Gumamnya. Arsen mencoba menenangkan dirinya sendiri, dia membuka kotak makan itu. Benar saja, nasinya masih tersisa banyak. Mungkin Anara hanya memakan dua atau tiga sendok saja.
••
Cewek dengan rambut digerai panjang itu berjalan menuju toilet perempuan. Disana terlihat ramai, cewek itu sampai harus mengantri.
Setelah dua orang didepannya selesai, Anara memasuki toilet itu. Tak lama, dia kembali keluar, terlihat lega setelah mengempiskan kantung kemihnya. Cewek itu berjalan menuju wastafel, dia menatap wajahnya di cermin besar yang ada didepannya.Anara tampak mengulas senyum. Cewek itu merapikan rambutnya yang tampak kusut. Anara membasuh tangannya lalu dikeringkan dengan tissue yang berada disana.
Anara menghela nafasnya, cewek itu sejak tadi tidak mendapatkan pesan atau telpon dari Arga. Membuat Anara khawatir.Anara berjalan keluar dengan merogoh ponselnya. Cewek itu duduk dikursi panjang yang berada ditepi lapang. Anara mengecek ponselnya, tidak mendapati pesan dari Arga.
|Lo udah pulang, Ga?
|Sudah makan belum?Anara mengirim pesan itu pada Arga. Kemudian, dia memasukkan kembali ponsel itu kedalam saku roknya.
••
Arga yang tengah duduk dikursi tunggu yang berada didepan ruangan itu berdiri setelah mendapati dokter yang baru saja keluar.
"Gimana, Dok?" Ucap Arga penasaran, tak lama, Rahel yang dipapah oleh suster ikut keluar dari dalam.
"Kondisinya baik. Jangan lupa diminum obatnya secara teratur, Rahel. Jangan terlalu banyak kegiatan yang bisa bikin kamu drop." Ujar dokter itu menjelaskan.
"Yasudah, Dok. Terimakasih, kami permisi dulu." Arga mengambil sebelah tangan Rahel untuk digenggam.
Cowok itu mengajak Rahel kekantin rumahsakit. Mereka duduk paling pojok, dengan pesanan yang sudah sedia diatas meja.
"Sakit?" Tanya Arga setelah meneguk teh botol. Rahel menatapnya penuh perasaan.
"Sakit, tapi gak terlalu, udah biasa soalnya." Arga terkagum. Meski dalam kondisi seperti ini, Rahel masih bisa membuat dirinya tenang. Arga tahu betul bahwa rasanya sakit, tapi cewek didepannya itu tersenyum nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Adventure[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...