Pagi ini, awan cerah terlihat menggantung dilangit. Burung-burung bernyanyi menyambut pagi hari ini. Begitu pula dengan Anara. Cewek yang sudah siap memakai baju seragam putih abu-abu itu sudah berada dimeja makan. Ditemani Myta, dan pacar tercintanya, Arga.
Makanan sudah tersaji rapi. Mulai dari nasi goreng, ayam goreng dan roti tawar, serta selai berbagai macam rasa. Tak lupa air putih serta susu berdiri diatas meja."Kamu gak mandi, Ga?" Myta bertanya pada Arga yang tengah mengunyah roti tawar selai coklat itu. Arga menggeleng menjawabnya.
"Gak Ma, lagi marahan sama air. Susuh siapa diajak ngomong malah diem aja! Dingin lagi!" Arga berdecak dengan wajah yang sengaja dibuat kesal. Anara menatapnya dengan kekehan. Sama hal nya dengan Myta, perempuan yang bekerja sebagai dosen itu menggeleng melihat tingkah putranya.
"Ga, kayaknya dulu pas pembagian kebodohan, lo paling semangat deh!" Arga menggeleng, astgagfirullah, pacar kurang ajar! Untung sayang! gumamnya dalam hati. Arga ingin sekali mencium gadis itu. Jika tidak ada Myta, mungkin wajah Anara sudah basah akibat air liur Arga. Menjijikan!
"Laknat sekali anda jadi adik!" Arga tersenyum sumringah. Padahal hatinya sangat kesal!
"Ga, anterin gue kesekolah ya?" Pinta Anara dengan senyumannya, membuat Arga tak mampu menolak. Arga mengangguk setuju. Sementara Myta menyernyit. Tidak seperti biasanya Arga setuju mengantarkan Anara. Padahal hari-hari berikutnya Arga tidak pernah mau menjemput atau mengantar Anara.
Setelah selesai sarapan. Arga dan Anara sudah berada didalam mobil sekarang. Tadinya Arga ingin mengantar Anara pakai motor agar bisa berpelukan. Tetapi Anara menolaknya karna tidak ingin dilihat diantar Arga. Cewek itu takut teman sekolahnya menyukai Arga.
Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan sedang. Menembus jalanan ibu kota yang sangat ramai. Anara menyandarkan kepalanya dikaca mobil, menatap jalanan dan kendaraan yang sedang berlalu lalang.
Lampu merah menyala, sebagai pengemudi yang baik, Arga berhenti disana. Dia tidak takut telat karna sekolah Anara tidak jauh dari sini."Aduh kaki gue kesemutan," Anara meringis, dia mengangkat kakinya bersila. Arga menatap Anara bingung.
"Lo tau kenapa bisa kesemutan?" Anara menoleh kearah kakaknya, sedetik kemudian dia menggeleng tidak tahu.
"Itu tuh karna roh-roh semut yang pernah lo injek sampe mati, lagi bales dendam!" Arga terkekeh setelah wajah Anara berubah kesal. Cewek itu terlihat menggemaskan ketika bibirnya memanyun.
"Apa sih, gajelas!"
"Emang iya, Ra. Nah kan lagi dendam tuh semut," Arga tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Anara yang kesal atas ulahnya.
"Gila ya lo!"
"Iya, gila karnamu," Pipi Anara memanas mendengarnya, dia memalingkan wajah, kembali menatap jalanan dan lampu lalu lintas yang akan segera berubah warna duapuluh detik lagi.
"Gue ramal, gak akan berhenti tuh semut dendam ke lo!"
"Arga Varo Septian!" Pekik Anara kesal.
"Apa sayang?" Anara menelan salivanya ketika mendengar ucapan itu keluar dari mulut Arga. Pipi Anara memerah, perasaan panas menjalar ditubuhnya. Cewek itu kembali menatap jalanan tanpa memperdulikan Arga yang tengah cekikikan karna Anara yang salah tingkah.
Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Arga menancap gas, melaju sedikit kencang karna teringat pekerjaan rumahnya belum selesai dikerjakan. Sebetulnya Arga bukan tipe orang yang rajin mengerjakan PR. Hanya saja ini adalah pelajaran bu Pak Bondan. Guru killer yang hampir ditakuti oleh semua siswa SMA Jati Darma.
Setelah sampai dipertigaan jalan, Anara turun. Cewek itu memang meminta Arga agar tidak mengantarkannya sampai depan gerbang. Entah kenapa Arga juga tidak mempermasalahkan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Adventure[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...