“Darah, dibayar darah. Nyawa, dibayar nyawa. Siapa yang menyerang, maka harus ditumbangkan!”
—Alasto••
Sore ini, warkop terlihat ramai. Suara gelak tawa terdengar disetiap penjuru warung itu. Juga para lelaki tampan dengan bandana dimasing-masing lengannya. Motor besar terparkir rapi dihalaman warung kopi itu.
"Gue udah habis berapa porsi mi, mereka belum juga dateng?" Yanto berjalan pondok depan. Disana ada Arga dan Elzan sedang menyusun rencana.
"Belum. Mana berani mereka dateng kesini, secara kan dikandang sendiri aja udah kalah!" Ujar Wiro dengan kekehan diakhir kalimat.
Cowok berjaket bomber hitam dengan logo Alasto didada kanannya itu tersenyum miring. "Tunggu aja. Kalau mereka gak dateng, itu artinya mereka pengecut!" Ucapan Arga diangguki keduanya.
"MEREKA DATANG WOI! MEREKA DATANG!" Bagus berseru dari arah depan sambil berlari memberi tahu. Cowok berambut agak pirang karna diwarnai itu berteriak histeris, membuat seisi warkop memperhatikannya.
Tidak lama dari itu, suara deruman motor terdengar memecah. Tidak sedikit, ada kurang lebih delapan belas motor yang datang. Dipimpin oleh Fano. Cowok dengan bandana dilehernya itu berada dipaling depan dengan motor KLX hijaunya. Senyuman kemenangan terlukis diwajahnya.
"Sok banget!" Cibir Zuan.
Arga berjalan belakang Warkop lebih dulu. Diikuti Elzan, Zuan, Yanto dan empat puluh orang lainnya. Tadi siang, Arga menyuruh Yanto hanya untuk mengumpulkan anak Alasto dari sekolahnya saja. Mungkin hanya Bara, Leon dan Candra yang bukan berasal dari Jati Darma.
Arga terlihat gagah dengan bandana hitam melingkar dilehernya. Juga belahan rambut yang ditata rapi. Cowok itu sudah berkacak pinggang dihalaman belakang, menunggu Fano dan anggotanya yang sedang memperkirakan motor mereka.
"Dateng juga lo ternyata. Kemana aja? Ngumpulin nyali dulu?" Ujar Arga sinis. Cowok itu berada dipaling depan, sementara kubu kedua, terdapat Elzan, Yanto dan Zuan. Dan yang paling belakang berbaris rapi dibelakang mereka.
"Bukan ngumpulin nyali, Ga. Tapi sambung urat malu dulu. Kan udah putus kemarin. Nantang, kalah dikandang sendiri lagi!" Zuan terdengar tertawa lepas oleh ucapan Leon dari belakang.
Fano menelan salivanya. Cowok itu kalah kubu. Alasto hari ini sangat banyak walaupun hanya seperempat yang datang. Fano menoleh kebelakang. Anggotanya sedikit. Bahkan hanya ada dua puluh orang.
"Udah siap?" Ucap Arga mengibarkan bendera perang. Cowok itu mengulas senyum miring didepan Fano.
"Kami, selalu siap!" Ujar Fano tegas. Tidak berselang lama, tawa Bara terdengar memecah dua kubu yang saling bertatap tajam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Adventure[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...