Sayup-sayup terdengar suara tawa orang-orang saling tumpang-tindih menyeruak masuk indra pendengaran Catterina. Tempat itu terdengar begitu ramai seakan ada yang merayakan pesta.
Remang-remang cahaya api berkelip-kelip dapat dia lihat dibalik kelopak matanya yang masih menutup. Wanita itu merasa terusik dengan semua gangguan itu.
Catterina mengernyitkan keningnya, perlahan membuka matanya dengan mengejap pelan. Kepalanya terasa sangat sakit, seperti dibelah menjadi dua bagian.
"Eung... Di mana ini?" gumamnya begitu membuka mata mendapati lingkungan yang asing.
Samar-samar dari kejauhan, dia melihat siluet beberapa orang sedang asyik bercanda ria di depan api unggun, badannya besar-besar terlihat menakutkan dari belakang.
Catterina mencoba bangkit, namun gerakannya tertahan. "Eh?"
Dia berulang kali mencoba menggerakkan tubuhnya tapi tetap tidak bisa seakan-akan ada sesuatu yang menahannya. "Ah, sial," umpatnya kesal.
Sekarang dia telah sadar sepenuhnya. Kondisi wanita itu saat ini adalah dia sedang duduk bersandar di pohon dengan kedua tangan terikat sempurna pada batangnya.
"Kesialan apalagi ini?" Dia mendengus jengkel. Setelah dipukul menggunakan benda tumpul oleh pelaku yang tidak diketahui, sekarang dia juga diculik.
Saat pandangannya menelusuri lingkungan sekitar, netra birunya menangkap seorang wanita dengan rambut perak yang juga tengah terikat seperti dirinya di pohon.
Catterina menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas. Apakah ada korban lain selain dirinya yang juga diculik di hutan menakutkan ini?
Sesaat bola matanya membesar. "Apa ini sarang bandit yang terkenal itu?" lirihnya begitu teringat rumor umum mengenai hutan ini apalagi mengingat kondisinya sekarang yang tengah terikat menjawab pertanyaannya itu.
Hahaha, itu tidak mungkin. Tapi... Bisa jadi itu mungkin? Pikirnya yang kalut.
Catterina memusatkan pandangannya lagi ke wanita muda berjarak sekitar 2 langkah darinya. Mungkinkah dia adalah Lidya? Sang tokoh utama wanita?
"Sst.. Sst..." panggil Catterina dengan berbisik. Namun, tidak disahut.
Mungkin kurang keras. "Sst... Hei... Lady."
Wanita muda yang dipanggilnya sedikit terusik, lalu dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke sumber suara tadi. Dengan kedua alis saling bertautan, dia bertanya, "Kau siapa?"
Catterina tertegun melihat gadis itu. Cantik sekali!
Surai perak wanita muda itu tertiup hembusan angin, dengan sedikit bantuan dari cahaya bulan membuat rambut lurusnya terlihat berkilau. Iris mata berwarna abu-abu jernih tengah memandang Catterina dengan bingung.
"Halo.. Kau adalah Lidya bukan? Lidya Alene Untary?" tanya Catterina masih dengan suara kecil nyaris berbisik.
Kening wanita itu makin mengerut, kenapa dia tahu nama lengkapku?
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanyanya balik dengan curiga.
Perlahan sudut bibir Catterina membentuk lengkungan ke atas. Akhirnya dia bertemu dengan sang tokoh utama, Lidya Alene Untary.
"Salam kenal!" ujar Catterina dengan semangat. Sementara Lidya masih kebingungan menatapnya.
"Iya, salam kenal," balas Lidya ragu-ragu.
Dia aneh, pikir Lidya.
"Oya, ngomong-ngomong bagaimana bisa kau berakhir di sini?" Catterina penasaran, apakah setelah ini Felix akan menjelajahi hutan seperti alur novel dan menemukan Lidya di sini? Lalu pria itu akan menyelamatkan Lidya dan membawanya ke istana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...