Bab 57.2 - Hampir Diracuni

27.3K 4.4K 971
                                    

Paviliun Bulan, Istana Ratu

Setelah kepergian Jerome, aku melamun menatap langit-langit. Ini begitu rumit. Pada akhirnya beberapa adegan benar-benar sama dengan di buku. Kukira aku sudah mengacak-acak dan membuat alurnya berubah sejak pertama tiba di sini.

Ternyata tidak sepenuhnya melenceng. Si Duke saiton eh maksudku Duke Chayton, aku penasaran bagaimana rupa wajahnya. Seingatku, dia bekerja sama dengan Alexander tanpa diketahui oleh Raja Hendry.

Setelah selesai menggulingkan Felix dan mengangkat Alexander menjadi Kaisar selanjutnya, maka rencana selanjutnya yang akan dilakukan oleh pria tua berambut biru itu adalah melancarkan pengkhianatan pada negaranya sendiri, yaitu Kerajaan Famos. Lalu mengangkat dirinya sebagai Raja Kerajaan Famos yang baru.

"Wah dua bajingan gila itu," gumamku tak habis pikir. Kenapa mereka sangat gila terhadap tahta sih?

Apa enaknya sih setiap hari harus bekerja dengan stres mengurus negara tanpa memikirkan diri sendiri? Aku lebih memilih menjadi orang biasa yang hidup bahagia tanpa memusingkan urusan orang lain.

Tok, tok, tok.

"Siapa?" Aku menolehkan kepalaku ke arah pintu. Setelah satu tamu pergi, sekarang datang lagi tamu lainnya. Memangnya dikira aku ini memiliki waktu luang apa?!

"Yang Mulia, istri menteri perdagangan ingin menemui Anda," seru Herwin dari balik pintu.

Istri seorang menteri tiba-tiba menemuiku? "Persilakan dia masuk."

Kriet~ Pintu terbuka pelan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan rambut berwarna putih, erhh... bisa dibilang sudah beruban. Dia membawa sebuah kotak berukuran sedang di tangannya.

"Salam kepada Yang Mulia Ratu. Semoga Dewi Gaea selalu menyertai," salamnya dengan ramah padaku.

Namun, firasatku menangkap sesuatu yang tidak enak. Aku hanya melempar senyum singkat padanya lalu menjulurkan tangan ke depan.

"Silakan duduk, Nyonya."

Wanita tua itu menunduk hormat lalu berjalan menuju sofa di depanku. Perlahan dia meletakkan kotak itu di atas meja, kemudian dia membukanya. Terpampanglah kue macaron dengan rasa red velvet di depanku.

What? Ini kan rasa favoritku. Kebetulan? Pikirku sedikit bingung.

"Ini hasil bikinan saya sendiri. Mohon dicoba, Yang Mulia," sahutnya dengan senyuman ramah tercetak di wajah keriputnya.

Aku ragu-ragu. Apalagi situasi sekarang begitu tegang dan Jerome memperingatkan untuk tidak memercayai siapa pun. Saat itu juga aku merasakan kalung pemberian Dewi Gaea juga ikut beraksi dengan bergetar kecil. Spontan aku langsung memeganginya.

Aku menoleh ke Emily yang baru masuk sambil membawa teko teh. "Emily," panggilku melihatnya lalu beralih melihat macaron tersebut.

Dia mengangguk paham. Setelah meletakkan teko, dia segera mengeluarkan jarum perak yang berada di sakunya.

"Maafkan saya, Nyonya. Namun, ini harus dilakukan mengingat ini makanan dari luar dan ditujukan kepada Ratu," ucap Emily seraya mengambil kotak macaron tersebut.

Wajah nyonya tua itu mendadak pucat, bibir keriputnya bergetar begitu juga dengan tangannya. "Sa-saya ti-tidak menaruh ra-racun ke dalam kue buatan saya, Yang Mulia," katanya tiba-tiba tanpa aku menuduhnya.

"Semuanya akan terbukti kalau jarum perak ini tidak berubah menjadi hitam, Nyonya. Jadi jangan panik," balas Emily tersenyum seraya mulai menancapkan jarum tersebut ke salah satu macaron.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang