Musim Gugur Tahun 912
Angin semilir bertiup lembut menyapa bumi. Daun-daun berwarna jingga berguguran meninggalkan tempat tinggalnya. Walau begitu, matahari tetap bersinar cerah menemani dunia.
Di taman yang begitu luas dan dipenuhi aneka warna bunga, terdapat sepasang manusia yang kini menikmati waktu kebersamaan mereka.
Sejak mengetahui perasaan istri kecilnya, Felix semakin menempel kepada Catterina. Pria itu selalu berusaha menyelesaikan tugas negaranya dengan cepat agar bisa menghabiskan waktu bersama dengan wanita tercintanya.
Catterina merasa seperti ditempeli sesuatu kemana-mana. Namun, dia tidak marah. Malahan dia membiarkan suaminya itu berbuat sesukanya. Inilah kekuatan bucin, guys!
Sedari tadi Felix terus menopang dagunya menatap kesal wanita di sampingnya. Walau mereka duduk berdekatan tapi dia tidak dihiraukan.
Wanita berambut emas itu hanya terpaku membaca bukunya dengan serius. Bola matanya bergerak naik turun mengikuti tulisan.
"Ratu, apa buku itu sangat menarik sampai kau melupakan suamimu sendiri?" dengus Felix kesal karena diabaikan begitu lama.
"Hm? Apa maksudmu? Tentu saja suamiku lebih menarik," jawab Catterina tanpa melihat lawan bicaranya.
"Tapi entah kenapa aku merasa cemburu hanya pada sebuah benda mati yang kau pegang sekarang."
"Hah?" Catterina akhirnya menoleh dan menaikkan satu alisnya, heran.
"Kuakui kau sangat pandai membuatku iri dengan benda-benda sekitarmu," sambung Felix seraya memegang surai emas istrinya.
Catterina memiringkan kepalanya bingung. "Kenapa kau harus iri dengan benda-benda tak bernyawa?"
"Ah, sudahlah. Lupakan saja." Felix mengerucutkan bibirnya dengan pipi menggembung dan tangan terlipat di depan dada. Fiks, bisa dipastikan pria ini sedang mengambek dengan istrinya.
Aduh, Felix ketika sedang merajuk kelihatan sangat imut. Keusilanku kembali muncul. Pikiran usil Catterina mulai aktif kembali.
"Felix, kau sedang merajuk ya?" tanya Catterina dengan satu tangan menopang dagunya, memandang Felix yang duduk di sebelahnya.
"Tidak tuh," balasnya ketus dengan pandangan mata ke arah lain.
"Oh~ Baiklah. Hm... Apa aku pergi saja ya?" Catterina beranjak bangkit dari duduknya seraya mengulum senyum.
Felix langsung menarik tangan wanita itu. Alhasil membuat Catterina kembali terduduk di tempat. Dengan ekspresi memelas seperti anak kecil, Felix menggelengkan kepalanya seketika membuat tawa Catterina pecah.
"Huahaha... Astaga, ekspresimu. Pfftt."
"Huh. Tertawalah sepuasmu," kata Felix kembali memalingkan muka.
"Pftt... Lucu sekali." Tiba-tiba dalam benak wanita itu, muncul sebuah ide untuk menjahili suaminya sendiri.
Kedua tangan Catterina terangkat meraih wajah Felix dan membawanya ke depan. Lalu wanita itu tersenyum sekilas sebelum mendaratkan ciuman di bibir suaminya.
Felix tersentak, pupil matanya membesar sempurna. Seperdetik kemudian dia tersenyum senang. Sambil memejamkan mata, dia memeluk pinggang istrinya dengan satu tangannya menahan kepala Catterina untuk memperdalam ciuman mereka.
"Hm?!" Sekarang berganti dengan Catterina yang terkejut. Dia tidak menyangka niatnya menjahili suami sendiri eh malah menjadi senjata makan tuan.
Karena sudah terlanjur terjadi, Catterina menikmati saja kegiatan mereka. Wanita itu spontan mengalungkan tangannya pada Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...