Bab 54 - Ketahuan!

28.9K 4.8K 1.2K
                                    

Sejak hari itu, Felix semakin gencar memancarkan aura tidak sukanya pada Lidya. Begitu pun juga pada Lidya yang sering melayangkan tatapan sinis ke arah Felix. Dan aku? Aku terjebak di antara peperangan laser mereka. Padahal ini masih pagi loh!

"Bisakah kalian berhenti melemparkan tatapan mematikan kalian? Aku yang tidak nyaman!"

Bahkan aku yang berniat bersantai menikmati bunga-bunga bermekaran untuk terakhir kalinya sebelum musim dingin menerpa menjadi tidak tenang dibuatnya. Sampai kapan aku harus berada di suasana ini hah? Aku baru tahu kalau dua tokoh utama bisa saling bermusuhan hanya karena aku, hm...

Tak! Aku menutup bukuku dengan keras. Lalu beranjak bangkit ingin meninggalkan tempat ini. Spontan Felix meraih tangan kananku dan menatapku serius.

"Mau kemana, Ratu?" tanyanya.

"Mau pergi. Lepaskan tanganku, Baginda," pintaku datar.

Kemudian Felix juga ikutan berdiri dari duduknya dan mengaitkan tangan kami dengan erat. "Kalau begitu, ayo pergi bersama," ajaknya dengan lirikan sinis ke arah Lidya yang berdiri di belakang.

"Yang Mulia Ratu, apa Anda ingin berendam air hangat? Saya akan menyiapkannya untuk Anda," sahut Lidya yang kini memegang tangan kiriku.

"Ratu, kau berjanji akan bersamaku."

"Tidak Ratu, ini jadwal Anda bersantai sendirian."

Emily melihat majikannya diperebutkan hanya bisa berdiam diri menonton peristiwa tersebut. Dia yakin setelah ini pasti Catterina akan mengamuk habis-habisan. Bahkan ratunya itu tidak segan-segan melayangkan tendangan atau tinjunya ke orang yang membuatnya kesal, contoh kasus dan korban pertamanya adalah Herwin.

"Cattie, bagaimana kalau kita berendam air hangat bersama saja?" tawar Felix tidak mau kalah. Perkataannya sontak membuat aku melotot terkejut.

Di-dia benar-benar tidak waras. Baru saja aku ingin membuka mulutku untuk memprotes, namun Lidya sudah menyela Felix.

"Ratu tidak suka diganggu oleh orang lain."

"Dia istriku! Apa urusanmu?"

"Beliau adalah majikan saya!"

Oke, saat ini kepalaku terasa berdenyut sakit. Aku sudah tidak kuat mendengar perdebatan antara dua orang itu dan sudah bersiap meluncurkan teriakan melengking. Semoga kaca pada rumah kaca ini tidak pecah.

"KALIAN BERDUA HENTIKAN!!" seruku dengan berteriak kencang sembari menghempas kasar pegangan mereka di kedua sisi tanganku.

Tuh kan apa yang kubilang, Ratu pasti akan mengamuk, untung saja dia tidak mengeluarkan tinjunya. Batin Emily.

"Aku bisa sendiri! Biarkan aku pergi." Aku sudah tidak tahan dan berniat melangkah pergi.

Namun, lagi-lagi seseorang mencegatku. Siapa lagi kalau bukan Felix. Pria itu menarikku kembali ke posisi tadi.

Cup! Tahu-tahu pria itu sudah mendaratkan kecupan singkat di bibirku. Dan itu bukan dilakukan hanya sekali. Namun, berkali-kali membuatku langsung memukul dadanya. Masih ada 4 pasang mata yang menatap kami saat ini. Tentu saja aku merasa malu.

"Baginda!"

"Maafkan aku. Habisnya kau kelihatan lucu ketika sedang marah," ucapnya dengan kedua sudut bibir mengembang di wajah tampannya.

Ukh! Karena tampan, kumaafkan saja deh. "Baiklah, kali ini kumaafkan."

Felix tertawa riang bagaikan anak kecil yang diberi permen gratis. Sementara Lidya hanya mendengus kesal melihat pemandangan itu. Diam-diam Felix menyeringai sinis ke arah Lidya dengan satu alis di naikkan yang artinya, 'Aku menang'.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang