Setelah keluar dari ruang makan, Felix berjalan dengan tangan terkepal erat. Sejak terkena kutukan itu, yang hanya bisa dia rasakan hanyalah emosi marah saja. Emosi yang lain seperti kebahagiaan, ketakutan, atau kesedihan tidak ada sama sekali.
Dia dikenal sebagai Putra Mahkota Es, Pangeran yang temperamental, pria dingin yang pemarah, dan masih banyak lagi. Tetapi karena wajah tampannya, masih banyak sekali gadis yang mengejar dirinya tanpa memedulikan sifatnya.
"Yang Mulia, apakah Anda akan kembali ke kamar Anda?" tanya ksatria pribadinya, Rennox Von Barrack.
Felix menghentikan langkahnya, berhenti sejenak tanpa menjawab. Sepertinya dia sedang berpikir harus melakukan apa sekarang.
"Aku mau memeriksa dokumen yang tertunda." Jawabnya.
Rennox mengangguk, "Baik, Yang Mulia." Rennox tahu kemana tujuan majikannya itu untuk menjernihkan pikiran. Ruang kerja, selalu saja mengurung dirinya disitu sampai pagi menjelang.
Dia terlalu keras pada diri sendiri.
~~~
Sebuah surat tiba di tengah larut malam. Dengan segel resmi dan penerima yang dituju adalah Putra Mahkota Felix, surat tersebut langsung disampaikan kepadanya. Untungnya pria itu belum tidur dan sedang bekerja sampai larut malam di ruangannya.
Tok, Tok, Tok.
"Permisi, Yang Mulia Putra Mahkota. Seorang prajurit pembawa surat membawakan surat penting dari perbatasan untuk Anda." Lapor seorang prajurit dari balik pintu besar ruang kerja Felix.
Felix mengerutkan keningnya, surat penting dari perbatasan yang diterimanya pada larut malam begini berarti isi surat itu sangat penting. Dia menatap Rennox sekilas, Rennox yang mengerti segera memerintahkan pembawa surat tersebut masuk.
"Masuklah."
Pintu terbuka, pembawa surat tersebut masuk dan membungkuk hormat. "Salam pada Putra Mahkota, Matahari Kedua Kekaisaran."
"Mhm."
"Saya membawa surat dari Panglima Tertinggi Militer, Yang Mulia Duke Venelst." Prajurit tersebut menyerahkan surat tersebut dan diterima oleh Rennox.
Rennox membuka surat tersebut dan membacanya. Setelah selesai menyimak isi surat itu, dia menatap tuannya dengan ekspresi serius. Melihat ekspresi ksatrianya, Felix bertanya, "Ada apa?"
"Yang Mulia." Rennox menyerahkan surat tersebut untuk dibaca oleh Felix. "Di area perbatasan antara Kekaisaran Caldwell dengan Kerajaan Wooden tepatnya di desa Mangol, tiba tiba terjadi penyerangan, Yang Mulia."
Felix mengangkat satu alisnya, "Tikus-tikus itu..."
"...ingin sekali menarik perhatianku, ya." ucapnya dengan tersenyum miring, aura pembunuhnya bergejolak. Dia suka ada mainan yang secara sukarela memberikan nyawa mereka padanya.
"Sudah sejak kapan ini terjadi?" tanya Felix pada prajurit pembawa surat tersebut.
"Sudah 7 hari berlalu sejak kejadian penyerangan terakhir kali, Yang Mulia."
"Baiklah. Besok aku akan berangkat kesana. Rennox, kumpulkan beberapa prajurit dan ksatria yang kuat dan terlatih. Kita akan kesana tanpa istirahat."
"Siap dilaksanakan, Yang Mulia." Rennox segera melaksanakan perintah yang baru saja diterimanya.
"Dan kau, segera sampaikan pada Duke Venelst bahwa aku akan tiba dalam kurun waktu 5 hari."
"Baik, Yang Mulia."
~~~
Keesokan paginya, sekitar pukul 08.16 AM
Istana Kekaisaran
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...