Bab 20 - Rindu

38.1K 5.3K 231
                                    

*Sekarang kita beralih ke Cattie yaw~

Kediaman Venelst, Rumah Catterina

"Ayah!" panggilku dan langsung memeluk ayah dengan erat. Aku rindu sekali padanya. Sudah 10 bulan lamanya aku tidak bertemu dengan ayah, juga selama itu aku tidak pulang ke rumah. Sejak berstatus sebagai Putri Mahkota, pekerjaanku hanyalah berdiam diri di istana sampai bosan, tidak boleh seenaknya berpergian kemana-mana.

Terkadang aku mengurus beberapa dokumen, lalu tiap bulannya harus mengelola keuangan istanaku secara mannual tentunya (Hiks, aku merindukan laptop dan ms.excel), dan belajar mengenai tata krama sebagai keluarga kekaisaran, belajar bagaimana melaksanakan tugas ratu sebagai pendamping kaisar dan masih banyak lagi.

Hidupku selalu belajar, belajar, dan belajar. Arghh! Aku bosan dengan tulisan sekarang. Tapi hidup terlalu santai juga tidak enak sih karena akan mengakibatkan rasa mager permanen.

Untungnya hari ini merupakan hari pelaksanaan festival Thanks Giving sekaligus hari ulang tahunku, Yeaay! Jadi aku bisa ijin pulang ke rumah dengan alasan ingin menemani dan merayakan festival serta ulang tahunku bersama keluargaku saja.

Umurku sudah menginjak 19 tahun. Berdasarkan alur novel, umur 19 tahun merupakan usia dimana Catterina diangkat menjadi Ratu Kekaisaran Caldwell dan tahun kematian Kaisar Castello di usia yang menginjak 52 tahun, separuh abad.

Sepertinya aku harus mempersiapkan diri dengan baik untuk melalui tahun ini. Tapi itu berarti aku tidak bisa berleha-leha lagi dong? Hmm.. Ya sudahlah tidak apa-apa.

"Bagaimana kehidupanmu di istana, nak?" tanya ayah sembari menyeruput kopi hitamnya.

Aku menggoyangkan pelan cangkir tehku sebelum meminumnya, "Tidak buruk. Hanya saja terlalu banyak peraturan dan hampir setiap hari jadwalku dipenuhi dengan belajar. Aku pikir kapasitas memoriku harus diganti dengan yang baru." Jawabku yang lebih terkesan mengeluh sih.

Duke menyunggingkan senyum indahnya dan menatapku. Ukh! Ayahku kalau tersenyum sangat menyilaukan. Batinku.

"Kalau kau lelah dan jenuh dengan kehidupan istana, pulanglah kapan saja, Cattie. Rumah ini selalu menyambutmu kapan pun." Ujarnya dengan begitu lembut yang membuatku sungguh terharu.

Oh papi, kau harus mencontohi ayah Catterina yang begitu lembut bukannya garang terus. Kuharap pesanku bisa tersampaikan ke papi asliku di dunia nyata.

"Terima kasih, ayah. Kalau aku tidak diizinkan pulang, maka aku akan kabur diam-diam." Kataku yang begitu membanggakan diri. Yap, tenang saja ayah. Putrimu ini sangat jago melarikan diri.

Sekilas kulihat wajah ayah mendadak berubah menjadi datar, "Kau tidak boleh main kabur diam-diam, Catterina. Ingatkah kau kejadian terakhir kali saat pergi diam-diam ke pasar tanpa pengawalan, hm?"

Oh ayolah, itu sudah setahun yang lalu. Kenapa masih diingat dan diungkit, heh?

"Iya iya. Aku tahu ayah mau mulai menceramahiku lagi. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." ucapku dengan mengangkat tangan kananku sebagai tanda aku serius.

Tapi belum tentu juga aku akan menepatinya, ayah.

"Baguslah."

"Ngomong-ngomong ayah, dimana Jessent? Apa dia tidak pulang?" tanyaku yang menyadari rumah sebesar ini tidak kelihatan batang hidung bocah itu.

"Ah, dia masih di akademi. Selama menjadi murid akademi militer, dia tidak diperbolehkan izin atau pulang selama 3 tahun pelatihan. Kecuali para murid tertentu mendapatkan izin dari kaisar." Jelas Duke dengan wajah yang terkesan biasa saja.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang