Extra Part 1 - Keluargaku

39.1K 4.4K 1K
                                    

Author POV

"Cavel! Jangan lari nanti jatuh!" teriak seorang wanita dengan perut sedikit buncit kepada anaknya yang berlarian mengelilingi taman.

"Hap! Cavel nakal ya bikin ibu kesusahan," ucap Felix yang menggendong putra kecilnya yang baru berusia 4 tahun itu.

"Hehehe."

"Putramu sangat bandel seperti dirimu," sindir Viona yang berjalan menghampiri mereka dengan tangan membawa sepiring nasi.

Yap, sedari tadi dia berusaha menyuapi putranya makan. Namun, karena putranya begitu lincah, Viona menjadi kesusahan. Anak kecil memang tidak bisa duduk tenang.

"Tapi tetap saja kau cinta," balas Felix dengan mengendikan satu bahunya.

"Cih." Viona berdecak seraya tersenyum miring.

"Nah, putra ayah ayo makan dulu ya. Jangan lari-lari nanti tersedak," bujuk Felix kepada anak pertamanya sembari berjalan menuju tempat duduk di taman rumahnya yang luas.

"Kau yang suapi, aku mau rebahan dulu. Punggungku sakit." Viona memberikan piring tersebut kepada Felix.

"Siap! Istirahatlah, istriku," kata Felix seraya mendaratkan ciuman di kening Viona.

"Iya." Wanita itu berlalu masuk ke dalam rumahnya.

Kehamilan Viona memasuki usia 16 minggu dan ini merupakan buah hati keduanya. Usia pernikahan mereka pun sudah berlangsung selama 6 tahun. Selama 2 tahun pertama pernikahan, mereka sengaja menunda program anak karena Viona yang harus menyelesaikan pendidikan sarjananya.

Bruk.

Viona merebahkan dirinya di atas kasur sembari mendesah pelan. "Haa... Aku mengantuk," gumamnya dengan menutup mata.

Namun, tiba-tiba sebuah dering telepon mengejutkannya yang hampir terlelap. Sontak matanya langsung terbuka lebar.

"Ah, sial. Mengganggu saja," gerutu Viona. Dari dulu mengumpat memang adalah ciri khasnya, jadi jangan heran teman-teman.

Dengan enggan tangannya terulur ke atas meja nakas dan meraba-raba ponselnya. Lalu mengambilnya dan melihat nama si penelepon. Cukup lama dia menatap layar ponselnya.

Viona mendesis kesal, "Pasti mereka bertengkar lagi."

Kemudian jari lentiknya menggeser layar ke atas, menjawab panggilan itu. "Kali ini kenapa lagi?"

"Kakak ipar! Alise mengamuk karena aku bekerja lembur terus," adu seseorang di balik telepon.

"Lalu?"

"Di-dia bilang... dia benci padaku. Huaa... Kakak ipar, aku harus bagaimana?"

Viona menghela nafas pelan. Entah kenapa kepribadian adik iparnya alias si Jassen ini sangat berbeda dengan namanya yang keren. Untung Jessent tidak seperti dia walau wajah mereka benar-benar mirip.

"Ya mau bagaimana lagi. Bujuklah dia sebelum kau disuruh tidur di luar, Jassen," saran Viona sambil memutar bola matanya.

"Caranya?"

"Pikirkan sendiri, bocah!"

"Kakak ipar galak ih. Aku sudah memijit dia, membuatkan dia makanan enak, dan melayani dia dengan baik, semuanya sudah aku lakukan," keluh Jassen.

"Haa... Kalau begitu, renovasi saja lemari bukunya menjadi lebih estetik lagi. Kau seperti tidak tahu saja kalau si Alise sangat mencintai buku-buku karyanya sendiri."

"Tapi.... lemari itu baru direnovasi setahun lalu."

"Hm... Kalau begitu ya ajaklah dia berbelanja, pergi jalan-jalan, atau bergantian menjaga anak kalian selama sehari saja. Biarkan dia beristirahat. Aku heran kenapa kalian seperti kucing dan tikus tapi kadang bisa romantis juga," tutur Viona panjang.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang