Bab 59 - Terimalah Kenyataan!

26.7K 4.5K 1K
                                    

Author POV

Ruang Bawah Tanah Kediaman Pangeran Alexander.

Malam hari merupakan waktu dimana sebagian orang beristirahat setelah seharian melakukan aktivitasnya. Namun, hal itu tidak berlaku pada sekelompok orang yang berkumpul bersama dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan remang-remang dan dingin.

Sedari tadi Jerome memasang mimik wajah tidak bersemangat. Dia tidak begitu fokus menghadiri rapat ini. Begitu juga Urea yang menggigit bibirnya gelisah. Bagaimana jika semuanya tidak sesuai alur novelnya?

Tadi siang dia nekat ke istana untuk membocorkan rencana pemberontakan ini. Namun, tidak disangka Catterina menyusulnya dan memberitahukannya sebuah fakta yang mencengangkan.

Urea merasa terguncang hebat begitu mendengar bahwa dirinya sudah tidak bisa kembali ke dunia nyata mau bagaimana pun usaha yang dia lakukan.

Siang tadi, Urea sempat berhenti sejenak di taman utama istana. Mengagumi keindahan bunga-bunga di sepanjang jalan. Tanpa dia tahu Catterina mengikutinya dari belakang.

"Nyonya Countess, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ujar Catterina serius.

Urea menoleh sekilas lalu tersenyum miring. "Sepertinya tidak ada yang bisa kita bicarakan, Yang Mulia," balasnya.

"Kurasa ada. Karena ini menyangkut tentang dirimu, jiwa yang tersesat. Sama seperti dirimu, aku juga berasal dari dunia nyata," ucap Catterina dengan santai.

Urea langsung menghadap Catterina dengan mimik muka terkejut. "Bagaimana bisa? Ha... Sudah kuduga dari awal bahwa kau juga sama sepertiku."

Catterina tersenyum singkat, dia berhasil menarik perhatian Urea untuk mendengar perkataannya. "Benar. Aku terdampar di sini gara-gara kau. Ck, menyebalkan sekali ya kau itu."

"Apa maksudmu? Aku juga tidak mau tinggal di dunia asing ini. Usiaku masih 22 tahun saat itu dan aku terbangun di sini menempati tubuh seorang gadis berusia 18 tahun. Itu artinya sudah 40 tahun lamanya aku di dunia asing ini bahkan sebelum cerita intinya dimulai!" tutur Urea dengan intonasi tinggi. Cairan bening sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"A-apa? 40 tahun di sini? Woah~ berarti kau seniorku dong?" tanya Catterina terkejut sekaligus takjub.

Urea memutar bola matanya kesal. "Asal kau tahu saja ya aku berasal dari tahun 2020 di dunia nyata! Walau usiaku di sini sudah tua tapi aku tetap berjiwa muda," tukasnya.

Saat ini mereka berdua berbincang layaknya teman sebaya. Siapa pun yang melihat pemandangan itu pasti akan terkejut karena seorang Countess berani berbicara informal kepada Ratu.

Lagi-lagi Catterina ternganga kaget. Dia mengedipkan matanya tidak percaya. "Hei, aku juga berasal dari tahun 2020. Kenapa bisa rentang waktunya berbeda?"

"Mana kutahu. Aku membaca novel ini berulang kali dan sempat bertemu penulisnya saat fanmeeting. Tapi bisa-bisanya aku terdampar di sini, di tubuh tokoh figuran tidak penting!" ketus Urea. Dia merasa tidak adil kenapa wanita di depannya bisa menempati tubuh tokoh antagonis yang cantik dan hidup mewah.

Catterina mengerutkan keningnya. Biasanya saat Alise melakukan fanmeeting, dia pasti ada di sana membantunya. 'Apa aku pernah bertemu dia secara tidak sengaja di dunia nyata?' pikir Catterina.

"Aku ingin memberitahukanmu sesuatu yang teramat penting, ah sekalian memperingatkanmu. Sebenarnya ini dari Dewi Gaea sendiri, beliau mengatakan bahwa kau sudah meninggal di dunia nyata akibat komplikasi penyakit yang kau derita. Jadi sebanyak apa pun usahamu melakukan sesuatu sesuai alur novel tidak akan membantumu kembali. Malahan kau akan menghancurkan tatanan dunia ini, Nona Janni," ungkap Catterina dengan tangan bersilang di dada.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang