Bab 8 - Kena Kau!

53.1K 6.6K 311
                                    

Hari Kedua Setibanya Felix di Perbatasan Mangol

Pagi ini merupakan pagi yang damai dan sejuk di perkemahan area perbatasan. Lalu lalang para prajurit di perkemahan sambil membawa senjata mereka. Ada yang sedang sibuk latihan, istirahat, berbincang-bincang, dan mengawasi keadaan sekitar dengan mata elangnya.

"Eh dengar-dengar dari wakil panglima, Putra Mahkota akan berjaga di garis perbatasan selama 2 malam mulai dari malam ini, loh." Ucap salah seorang prajurit yang sedang duduk menikmati ubi bakar. Ya mereka sedang sarapan pagi saat ini, secara bergantian tentunya.

"Oh? Benarkah? Putra Mahkota turun langsung itu benar-benar tidak terduga. Beliau benar-benar panutanku." Timpal salah seorang lainnya.

"Uh panas." Seorang pria berambut cokelat yang merupakan Wakil Kepala Regu Perak, sedang mengambil ubi yang baru saja matang dengan kedua tangannya. "Menurut kalian, kenapa Putra Mahkota dengan cepat datang ke perbatasan kecil ini?" tanyanya.

Yang lain tampak berpikir, prajurit pertama tadi menjawab, "Hmm.. Entahlah. Bukankah itu memang kewajibannya sebagai calon kaisar masa depan?"

"Iya betul tuh. Tidak ada salahnya dia meninjau dan turun tangan langsung dalam situasi begini." Sahut prajurit lainnya.

"Jangan lupa juga beliau sudah sering bolak-balik medan perang sejak usia muda." Lanjut prajurit ketiga.

"Hm, begitukah?" Pria berambut cokelat itu memasang ekspresi yang begitu rumit.

"Kenapa Anda berpikir begitu keras, Wakil Kepala Regu Perak?" tanya prajurit pertama tadi kepadanya. Dia merasa aneh kenapa hal kecil seperti ini perlu dipikirkan? Toh, itu merupakan urusan para petinggi negara bukan prajurit kecil seperti mereka.

Menyadari perubahan ekspresi yang dari tadi dia buat tanpa sadar, pria itu pun tersentak kaget sejenak. "Ya? Ah, tidak. Aku cuma merasa takjub saja Yang Mulia begitu cepat merespons laporan yang diberikan Panglima. Bahkan langsung bergegas tanpa menunda sehari saja. Haha benar-benar matahari kedua kekaisaran kita itu sangat hebat." Elaknya yang berhasil meyakinkan mereka juga. Mereka semua mengangguk setuju.

"Nah, kalau begitu aku permisi sebentar. Mau ke kamar kecil." Izin pria berambut cokelat itu, segera beranjak dari tempat duduknya.

"Baik, Tuan Wakil. Tolong cuci tangan Anda di air sungai bukan mengelap di pakaian ya." Seru prajurit pertama, dan dibalas dengan senyuman singkat lalu membalikkan badannya bersiap melangkah pergi.

"Dasar memalukan!" gumamnya kesal sambil berjalan pergi meninggalkan perkemahan menuju hutan di belakangnya.

Dia terus berjalan masuk ke dalam hutan. Melihat sekeliling dengan waspada, siapa tahu dia diikuti atau bertemu dengan prajurit patroli lainnya. Sebenarnya dia berbohong saat mengatakan mau ke kamar kecil.

Setelah berjalan beberapa saat, dia sudah mencapai sebuah sungai yang berada dalam hutan tersebut. Ada seseorang yang berdiri di bawah pohon rindang, membiarkan rambut pirang kecokelatannya terkibas oleh angin sepoi-sepoi. Badannya gagah dan besar, wajahnya terdapat bekas luka memajang pada bagian matanya namun masih terlihat menawan. Dia adalah seorang pria dewasa atau bisa dibilang paruh baya.

Ketemu!

Dengan langkah hati-hati prajurit itu menghampiri pria itu. Mengendap-endap berusaha tidak bersuara agar tidak menarik perhatian. Menyadari ada yang mendekatinya, pria itu bersuara dengan lembut, "Tidak ada orang di sekitar sini."

Prajurit itu terlonjak kaget, pria di depannya ini hebat bisa mengetahui maksud dari tindakannya tanpa perlu dilihat. Dengan wajah cengengesan, prajurit tersebut dengan cepat menghampiri pria itu.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang