"Terdengar kabar bahwa salah satu kerajaan di bawah naungan kekaisaran ini sedang diam-diam membangun kekuatan militer. Itu kata pamanku. Aku sedikit ragu, entah benar atau tidak. Karena semua perkataan yang keluar dari mulut terkutuknya itu berisikan kebohongan," terang Felix menatapku risau. Aku bisa melihat matanya menyiratkan kegelisahan di sana.
Felix adalah orang yang kejam dan tidak mudah goyah. Pria bermata merah itu menebas kepala musuhnya tanpa berkedip. Walau dia terkenal tidak mempunyai belas kasihan di medan perang, namun dia merupakan Kaisar yang jujur, bijaksana, dan amat dicintai rakyatnya. Itulah yang di deskripsikan dalam novel.
Tapi semakin aku mengenalnya secara langsung, pria ini juga hanyalah manusia biasa yang mempunyai sejumlah kegelisahan dalam hidupnya. Hidupnya harus terus memikirkan rakyatnya dan negaranya bukan diri sendiri.
Saat ini kami berdua tengah duduk di kursi panjang dalam perpustakaan. Aku mendengarnya dengan seksama. Tentu saja aku tahu sifat pak tua itu, pria paling berbisa seantero kekaisaran ini. Wajah tampannya jadi tidak berguna.
Aku mengaitkan tanganku ke tangannya. "Aku tahu itu. Pak tua itu memang pintar bersandiwara," timpalku.
Felix sedikit terkejut, keningnya mengerut heran. "Kau juga tahu?"
Aku membalasnya hanya dengan mengangguk saja. Pembaca setia novel ini masa tidak tahu sih? Aku gitu loh.
"Dari mana kau tahu? Sejak kapan? Kenapa bisa?" tanyanya bertubi-tubi meminta penjelasan.
Eh? Sepertinya aku salah berkata-kata lagi deh.
"Aku... tahu begitu saja. Ya, itu cerita yang panjang. Tunggu waktu yang tepat aku akan mengatakannya padamu," jawabku yang tidak berani jujur. Ini bukan saatnya Felix mengetahui bahwa aku bukanlah 'Catterina' yang asli.
"Permisi Baginda dan Yang Mulia Ratu. Saya membawa teh dan kudapan," ujar Lidya seraya meletakkan cangkir dan piring dengan anggun.
Ah, kalian penasaran kenapa dia ada di sini? Jawabannya mudah, dia adalah dayangku sekarang. Lebih tepatnya dia baru bekerja menjadi dayangku sejak 3 bulan yang lalu. Aku memberikan beberapa pembelajaran dan lain-lain agar bisa beradaptasi di sini. Sedikit merepotkan sih.
Tapi terkadang aku benar-benar kerepotan dengan gadis satu ini. Lidya akan menangis bila aku tidak sengaja memarahinya atau ketika pekerjaannya tidak sesuai. Aku baru tahu kalau dia sangat cengeng, seketika aku merasa ilfeel. Hm... Maafkan aku, Alise karena telah mengejek karakter ciptaanmu. Aku kurang suka dengan orang yang mudah menangis hanya karena hal sepele.
Tring! Cangkir putih berisikan teh hangat tumpah ke arah Felix. Celana Felix terciprat tumpahan teh tersebut, tepatnya di antara paha dan lutut. Untung saja itu teh hangat bukan teh panas.
"Akh! Astaga. Maafkan saya, Baginda. Maafkan saya," ujar Lidya panik yang langsung berlutut di hadapan Felix.
"Sa-saya akan membersihkannya." Wanita itu segera mengambil sapu tangannya dan mencoba mengelap lokasi cipratan tersebut.
Namun, yang terjadi bukanlah adegan klise di mana kedua lawan jenis tersebut saling bertatapan atau berpegangan, malahan sebaliknya. Tangan Felix menepis kasar tangan Lidya yang bahkan belum menyentuh pahanya.
"Jangan menyentuhku!"
"Ta-tapi Baginda... Itu akan membekas. Biar saya mengelapnya," ujar Lidya yang masih berusaha menggapai Felix.
Otomatis Felix langsung mencegat tangan gadis itu dan menatapnya begitu tajam. Terjadilah adegan saling tatap-menatap. Walau memang bagus Felix tidak suka disentuh sama orang asing sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...