Author POV
Ruang Tamu Utama Kediaman Venelst
Waktu minum teh sore.
Tuan Duke dan Jessent terlihat berkumpul di ruang tamu utama sambil menikmati waktu teh sore bersama. Sepasang ayah dan anak itu duduk saling berseberangan.
"Bagaimana dengan perkembangan latihanmu?" tanya Duke Venelst pada putranya itu.
Sambil menyeruput tehnya, Jessent menjawab pertanyaan ayahnya, "Lancar dan tidak ada kendala. Tahun depan aku bisa mendaftar ke akademi militer kekaisaran."
Duke tersenyum puas, "Bagus." Pujinya singkat.
Tok Tok Tok
"Tok, tok, permisi ayah dan adikku, bolehkah aku masuk?" Kepala Catterina menyembul setengah dari balik pintu ruang tamu.
Duke terkikik kecil melihat tingkah putri kesayangan tersebut, "Masuklah, nak."
Dengan senyuman mengambang di sudut bibirnya, Catterina menghampiri ayahnya dan mendaratkan ciuman singkat di pipi beliau. Lalu dia duduk di samping Jessent, sebelumnya dia mengacak-acak dulu rambut adiknya itu.
"Kakak! Rambutku jadi berantakan!" Jessent segera merapikan rambutnya dengan dua tangannya.
"Hehe, habis kau imut sih." Catterina senang sekali menggoda adiknya itu. Walau usia Jessent sudah memasuki umur 15 tahun tapi bagi Catterina, adiknya itu masih terlihat seperti bayi kecil di matanya.
"Kak, aku sudah berumur 15 tahun dan sedang berproses menjadi pria dewasa." Tukas Jessent yang tahu pemikiran kakak perempuannya itu.
"Iya iya, masih butuh 4 tahun lagi kau resmi jadi pria dewasa, dek."
"Huh!"
Duke Venelst bahagia melihat interaksi akrab antara kakak-adik itu, walau berbeda ibu, Catterina tetap memperlakukan Jessent dengan baik.
"Jadi Cattie, bagaimana perjalananmu tadi?" tanya Duke Venelst.
"Sungguh menyenangkan, ayah. Aku bahkan sempat mencicipi jajanan di pinggir jalan, rasanya enak tidak kalah dengan masakan restoran terkenal." Jawab Catterina dengan semangat sekali.
"Hoo.. Begitu."
"Kak, kakak tidak boleh sering-sering memakan makanan pinggir jalan. Tidak baik untuk pencernaan kakak." Kata Jessent dengan serius. Sepertinya dia juga tahu sensitifnya perut para bangsawan.
"Iya iya. Kau seperti ayah, suka berceramah." Catterina memasang wajah cemberut.
"Maksud kakak, aku sudah tua dong?" tanya Jessent dengan polosnya, jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.
"Hmm.. Mungkin bisa dibilang begitu?" balas Catterina dengan jahil.
"Ayah." Rengek Jessent.
Tuhkan kubilang juga apa, kau itu masih bayi, Jessent. Batin Catterina gemas.
Duke terkekeh pelan, "Kakakmu bercanda, Jessent." Sungguh merupakan keluarga yang harmonis.
"Ah ya, aku juga memberikan hadiah untuk kalian berdua lho. Tunggu sebentar!" ujar Catterina yang segera beranjak dari duduknya dan pergi keluar ruangan.
Duke dan Jessent dibuat penasaran terlihat dari ekspresi mereka.
"Nah!" Tak berlangsung lama, Catterina pun kembali dan membawa dua kotak kecil berwarna biru dihiasi pita berwarna merah muda.
"Ini untuk ayah dan ini untuk Jessent." Catterina memberikan hadiah yang dibelinya tadi. Tidak akan tertukar karena dia sudah memberi tanda terlebih dahulu. "Nah sekarang silakan dibuka ayah dan adikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...