"Baginda, ini bukan jadwal kita tidur sekamar," ucapku sambil berkacak pinggang mengamati Felix yang sedang mencari posisi nyaman untuk tidur.
Dia menoleh singkat padaku lalu mengendikan bahunya seraya berkata, "Ya, ya, ya aku tidak peduli. Pokoknya aku ingin tidur di sini. Titik!"
Aku melongo memandang pria itu yang sudah menyelimuti dirinya sendiri. "Kenapa aku bisa menyukai pria kekanakan ini?" gumamku tidak percaya.
"Apa? Kau bilang sesuatu?" Felix membalikkan badannya dan menatapku dengan gaya satu lengannya bertumpu di bawah kepala.
Uh... Cuma begitu saja sudah kelihatan tampan. Rasanya aku bisa gila.
"Ti-tidak ada," elakku yang juga segera naik dan menyingkap selimutku, ralat, selimut kami bersama. Aku memunggunginya dan segera memejamkan mata karena otakku ingin beristirahat sekarang.
"Hm? Aku penasaran. Apa itu? Kau mengatakan apa? Ayolah~ beritahu aku," rengeknya di dekat telingaku. Aku merasakan dia mengganti posisi menjadi tengkurap sekarang.
"..." Aku tetap mengabaikannya, namun mendadak aku merasakan pipiku dipencet-pencet seperti mainan. Ish! Aku tuh ingin segera terlelap dalam alam mimpi tahu!
"Bag—-"
"Felix."
"Ah ya, Felix. Tolong hentikan dan tidurlah. Ini sudah larut," kataku masih dengan mata terpejam, mencoba menahan kekesalan.
"Tidak mau! Kau belum menjawabku," balasnya keras kepala masih setia memencet pipiku.
Aku tahu pipiku sangat chubby tapi jangan terus dimainkan begitu dong! Perempatan siku tercetak di kepalaku sekarang.
"Felix!" seruku yang langsung membalikkan badan.
Mataku langsung membulat sempurna karena jarak wajah kami yang begitu dekat hingga bisa kurasakan nafasnya menerpa mukaku. Kami berdua terdiam saling berpandangan selama beberapa detik, lalu tiba-tiba pria itu mengeluarkan seringainya.
Cup! Cup! Dengan kilat dia mendaratkan dua kali kecupan singkat di bibirku. Tanpa izin!
"Ba-ba-baginda." Aku tercengang dan langsung menutupi mulutku.
"Kenapa? Mau protes, hm?" ucapnya dengan suara rendah nyaris berbisik.
Lantas aku menutupi wajahku dengan kedua tangan. Aku merasa ingin menghilang saja saat ini. "Huaa... Saya malu!"
Felix terkekeh lalu dia melepaskan tanganku dari wajah. Kemudian meletakkannya di kedua sisi wajahnya dan tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
"Entah kenapa menggodamu terasa sangat menyenangkan. Hehe," ujarnya dengan riang.
Blush~ Wa-wajahku pasti sangat merah sekarang. Aku menutup mataku erat-erat, hiks, aku tidak terbiasa dengan perlakuan manis begini. Tolong aku.
"Kenapa kau terus menutup matamu sih? Ingin kucium lagi?"
Spontan mataku segera terbuka menatapnya, "Ti-tidak. Bu-bukan begitu. Ba—-Felix tidak mengantuk?" Aku mengalihkan pembicaraan karena tidak kuat digodain terus woi!
Dari posisi tengkurap, dia lalu menggantinya menjadi berbaring menyamping menghadapku. Satu tangannya mengapitku, membuatku menempel di dada bidangnya.
"Kau tahu? Aku sangat marah dan bersikap dingin padamu selama beberapa hari ini. Maafkan aku, itu karena kau menyinggung soal kontrak dulu. Bisakah kita melupakan kontrak sialan itu?"
"Kenapa? Bukannya dulu kita sudah sepakat?"
"Kau ingin mengetahui alasannya?"
Aku merespons pertanyaannya dengan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...