Jerome bersandar dengan kaki menyilang dan tangan saling mengait, pria itu berkata, "Saya ingin menawarkan sesuatu yang menarik. Tapi sepertinya Countess harus ikut berdiskusi dengan kita. Bagaimana?"
Count termenung, jarang-jarang seorang penyihir datang kepadanya dan menawarkan sesuatu yang dikatakan menarik? Dia penasaran penawaran menarik apa itu.
"Hm, kalau itu mau-mu, baiklah. Tolong tunggu sebentar." Count segera beranjak memanggil istrinya dan tak berselang lama sang istri pun ikut hadir dalam diskusi tersebut.
"Jadi apa yang ingin kau tawarkan pada kami, tuan penyihir?" tanya Countess to the point. Dia tidak suka ada orang yang mengganggu waktunya. Terlebih lagi dia orang asing.
Seulas senyuman miring terpajang di wajah menawan Jerome. Raut wajahnya terlihat berbeda daripada biasanya.
"Bagaimana jika putri Anda masuk ke istana sebagai dayang Ratu?" tawar Jerome masih mempertahankan mimik wajahnya.
Kedua pasangan itu saling memandang satu sama lain, tengah berpikir seperti telepati. Sedetik kemudian segores garis melengkung tercetak di muka sang istri.
"Apa Ratu sedang mencari dayang? Kalau beliau kekurangan dayang, maka dengan senang hati kami akan mengirimkan putri tercinta kami menjadi dayang Ratu," sahut Countess dengan wajah berseri.
Akhirnya ada kesempatan yang datang dengan cuma-cuma. Batin Countess.
Garis lengkung di wajah Jerome semakin melebar, sementara Count hanya bisa membuang nafasnya melihat antusias istrinya yang gigih. Count tahu maksud dari menjadi dayang Ratu. Posisi itu cukup menggiurkan karena bukan lagi rahasia umum, mereka yang menjadi dayang Ratu bisa saja mendapatkan perhatian Kaisar dan naik menjadi selir.
"Baiklah, Nyonya Countess. Tapi ada syaratnya dan syarat itu mudah sekali. Jangan pernah mencoba melukai Ratu dengan segala tindakan kekanakan yang Anda rancang." Walau menggunakan nada lembut, tetap saja perkataan yang dilontarkan Jerome memiliki hawa yang menusuk dan mengancam.
Sekilas Countess menelan ludahnya gugup, entah kenapa dia merasa tertohok dengan ucapan Jerome. Kenapa dia bisa mengetahuinya?
Melihat reaksi Countess cukup membuat Jerome puas dan tersenyum sinis. Pasalnya, pria itu mengetahui sesuatu, sebuah kejutan yang ia temukan secara tidak sengaja pada beberapa hari lalu.
"Tuan Count apa Anda setuju dengan nyonya Countess?" tanya Jerome pada pria paruh baya yang sedang termenung sendiri.
Merasa dipanggil membuat Count tersadar, "Ah ya, lakukan saja. Kalau itu kemauan Ratu, kami akan menurutinya."
Senyuman cerah terbit di mimik wajah istrinya, begitu juga dengan Jerome. Kompak sekali mereka walau mempunyai tujuan yang berbeda.
"Baiklah. Kalau begitu, saya akan segera mengatur kapan putri kalian bisa masuk istana. Saya permisi dulu," pamit Jerome yang beranjak bangkit dari duduknya.
"Mari kami antar tuan penyihir," ujar Countess senang.
Jerome menunduk dan berkata, "Terima kasih."
~~~
Dalam perjalanan, pria berambut perak itu melamun sendiri. Kereta kuda yang ditumpanginya terbuat dari kayu, tidak terlalu besar dan tidak terlalu mewah hanya bisa menampung dua orang saja.
Dia membuang nafasnya kasar, entah tindakannya ini benar atau salah. Di sisi lain dia memang ingin merebut kembali wanita tercintanya yang di kehidupan sebelumnya tidak bisa dia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...