Bab 46 - Sebuah Rencana

31.9K 4.4K 815
                                    

Jerome berusaha memulihkan tenaganya dengan bermeditasi sejenak. Dia tidak masalah walau tenaganya habis sekali pun demi Catterina. Akhirnya rasa penasarannya sudah terjawab.

Dia sekarang sedang berpikir, sepertinya Cattie belum mencintai si Kaisar, itu bagus. Tapi sepertinya si Kaisar sudah jatuh cinta terlebih dulu kepada wanita itu. Ini tidak bagus.

Pria itu merasa sedikit senang juga sedikit khawatir. Senang karena wanita itu belum jatuh cinta pada Felix, namun dia juga khawatir kalau Kaisar posesif itu pasti tidak akan membiarkan Catterina pergi dari sisinya walau wanita itu tidak mencintainya.

"Haa..." Jerome membuka matanya diawali dengan menghela nafas berat.

Dia mengacak-acak rambut dengan pelan lalu berubah menjadi kasar. "Kali ini, aku harus memilikinya, walau dia bukan yang asli namun kepribadiannya sangat menarik. Aku harus merencanakan sesuatu untuk memisahkan mereka," lirihnya dengan tekad kuat.

Jerome merebahkan dirinya di atas kasur, dengan satu tangan bertumpu di bawah kepalanya lalu memejamkan matanya.

Walau dari luar dia terlihat begitu damai, namun itu tidak berlaku pada benaknya yang sedang sibuk menyusun sebuah rencana. Katakanlah dia egois tapi itu semua dia lakukan demi Catterina. Wanita yang pernah mengisi kekosongan hatinya.

Mendadak dalam pikirannya terlintas sebuah ingatan masa lalu. "Ah, bukannya dulu ada gadis yang bernama Lidya? Dia kan penyebab Caterina dihukum mati di kehidupan sebelumnya karena gadis itu berhasil mengambil hati sang Kaisar."

"Hm... Aku harus mencari tahu keberadaan gadis itu besok."

Jerome tersenyum miring, tidak ada salahnya dia tetap mengikuti jalan dalam kehidupannya terdahulu.

Aku sudah tidak sabar.

~~~

Pagi Harinya~

"Tuan Wakil Penyihir, Anda diminta untuk melakukan pemeriksaan asrama."

"Tuan Wakil, ini laporan harian pengeluaran untuk asrama."

"Jerome, tolong periksa ini. Aku terlalu pusing melihat begitu banyak angka."

"Jerome, bantu aku mengajarkan sihir cahaya kepada murid kelas perunggu."

Brak!

Dentuman keras tersebar ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Jerome menggebrak meja kerjanya sendiri dengan kuat sampai terlihat serpihan cahaya sihirnya di udara.

Pria berkulit pucat itu sudah dongkol sampai ke ubun-ubun. Kenapa pekerjaannya hari ini begitu banyak? Padahal dia sudah bertekad untuk menyusun rencana dan mencari tahu keberadaan Lidya.

"ARGH! Bisakah kalian melakukannya sendiri?!" Seru Jerome yang sudah meledak karena kesal dilimpahkan begitu banyak tugas.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut tersentak kaget. Sebelumnya mereka belum pernah melihat Jerome emosi seperti ini. Jerome dikenal sebagai orang yang tenang dan ramah.

Kyler melakukan isyarat menggunakan tangannya yang menyuruh penyihir lain untuk keluar. Mereka semua paham dan bergegas keluar dari sana. Rasanya seperti mereka telah membangunkan singa yang sedang tertidur.

Kyler berbalik menatap Jerome, "Ada apa denganmu, Jerome?"

Jerome mendelik tajam ke arahnya dan mendengus kesal. "Tidak bisakah tugas-tugas ini, pekerjaan-pekerjaan itu, kalian sendiri yang mengurusnya? Aku terlalu sibuk, asal kau tahu waktuku itu sangat berharga," sungutnya.

"Memangnya apa yang kau lakukan sampai sibuk begitu?"

"Banyak."

"Jangan bilang ini masih berhubungan dengan wanita itu lagi?"

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang