Tring! Trang!
Saat ini suasana begitu mencengkam. Bunyi benda tajam yang saling beradu menyelimuti lingkungan istana. Halaman utama istana yang begitu luas bergelimpangan cairan merah dan mayat dimana-mana. Sebagian prajurit musuh hampir berhasil ditumbangkan satu per satu oleh pasukan Felix.
Sling! Felix tengah beradu dengan pamannya sendiri. Pedang panjang mereka yang begitu tajam karena terasah dengan baik saling bergesek menimbulkan bunyi yang membuat telinga menjadi ngilu.
"Menyerahlah, paman," cetus Felix dingin.
"Saya tidak akan menyerah lagi!" balas Alexander yang terus melancarkan serangannya. Namun, berhasil ditangkis oleh gerakan Felix yang gesit.
"Kenapa Anda begitu membenci saya dan ingin mengambil alih posisi tahta?" tanya Felix disela-sela bertarungnya. Mereka kini saling berhadapan dengan pedang saling bersilang tepat di depan muka.
"Karena Baginda adalah anak dari Calisto dan Madeline! Seharusnya Madeline tidak menikah dengan kakak. Maka Madeline tidak akan mati di istana yang dingin! Wanita itu adalah milikku!" ungkapnya begitu marah.
Seketika Felix termenung sejenak. Fokusnya menjadi hilang sesaat. Dia baru tahu akan fakta mencengangkan ini. Ayah dan paman sama-sama mencintai ibu?
Alexander yang melihat kewaspadaan Felix lengah, tidak mau melewatkan kesempatan ini. Dia menyodorkan pedangnya ke Felix dan berhasil menggores lengan kiri pria bermata ruby itu.
"Fokuslah!" seru Alexander datar. "Bagaimana Baginda bisa menyelamatkan istri Anda bila Anda tidak bisa menjaga diri sendiri?"
Rahang gagah Felix langsung mengeras. "Apa yang paman lakukan pada Catterina?" tanya Felix menggeram. Kemarahannya memuncak begitu mendengar kata istrinya. Pria itu langsung mengayunkan pedangnya tanpa memedulikan luka yang baru saja terukir di lengannya.
Alexander tersenyum miring melihat keponakannya terpancing oleh kata-katanya. Memang pria muda di depannya ini sudah cinta mati terhadap ratunya. Pedang mereka kembali saling beradu dengan lincah menimbulkan bunyi gesekan yang begitu tajam di telinga.
"Andrew, sepupu tiri Anda, bocah yang Baginda incar dari dulu sekarang menyerang istana Ratu. Saya pun tidak tahu apa yang akan bocah itu lakukan," sahut Alexander semakin sengaja memanas-manasi Felix.
Felix tanpa sadar menggenggam gagang pedangnya begitu kuat sampai buku-buku jarinya memucat. Matanya menyala-nyala ingin segera mengakhiri pertempuran ini dan berharap dapat bergegas menuju istana Catterina.
Fokus dan tenanglah. Jangan mudah tersulut emosi lawan, itu akan menurunkan konsentrasimu. Pesan Catterina yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Benar, dia harus tenang untuk bisa menghadapi mulut berbisa pamannya.
Felix mendadak memasang senyum sinis dengan satu alis dinaikkan, "Akan kupastikan tidak ada yang selamat kalau berani menyentuh istriku!" ujarnya dengan nada tajam. Pertarungan mereka pun terus berlanjut.
Sementara itu Rennox melawan Duke berambut biru itu. Pria muda berambut cokelat itu begitu senang karena sudah lama tidak mendapatkan lawan seimbang seperti ini, selain Felix.
"Tuan Duke, saya akui kemampuan Anda lumayan juga," puji Rennox seraya tersenyum miring. Entah arti dari senyumannya itu adalah mengejek atau memuji.
"Kau berani meremehkan kemampuanku, hah? Dasar ksatria sombong!"
"Loh? Saya kan memuji Anda. Kenapa Anda marah?" tanya Rennox dengan polosnya sembari menghindari ayunan dari benda tajam tersebut
Tentu saja pujian Rennox yang terkesan meremehkan begitu dapat membuat si pria berambut biru itu menggeram marah. Bisa-bisanya seorang ksatria biasa melontarkan kata tersebut kepada seorang Duke yang notabene statusnya lebih tinggi dan kemampuan yang terlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END]
Fantasy[SUDAH TERBIT] [TIDAK TERSEDIA DI TOKO BUKU MANA PUN!] [PART LENGKAP!!] (Judul Alternatif di Fizzo : Male Lead, Please Ignore Me!) (Fantasy Series - Reinkarnasi #1) Aku adalah seorang pencinta buku terutama novel fantasi, oh jangan lupa juga penggem...