Bab 43 - Dua Tokoh Utama

35.6K 5.3K 2.2K
                                    

Tenda Count Untary

"Salam kepada Baginda Kaisar dan Yang Mulia Ratu, semoga Dewi Gaea menyertai," salam Count dan Countess dengan membungkuk hormat.

"Berdirilah."

"Terima kasih, Baginda."

"Silakan duduk, Baginda dan Yang Mulia." Tangan Count terulur menuju sofa hijau.

Felix mengangguk dan berjalan duluan dengan menuntunku. Kami berempat pun segera duduk. Ah leganya bisa duduk.

"Ada perlu apa Baginda dan Ratu datang berkunjung ke tenda kami yang sederhana ini?" sambungnya Count Untary seraya menuangkan teh hangat ke dalam cangkir.

"Ah, aku ingin bertemu dengan putri Anda, Lidya, apakah dia baik-baik saja?" tanyaku langsung.

Pasangan itu terdiam dan saling berpandangan.

"Sebenarnya dia dalam keadaan tidak baik-baik saja, Yang Mulia," ucap Countess dengan nada sedih tapi matanya melirik ke arah Felix.

Hm? Kenapa dia mencuri pandang ke Felix?

Aku menatap Countess dan Felix secara bergantian. Hm.. Aku mencium bau-bau mencurigakan.

Felix yang merasakan aku terus memandanginya, lalu menoleh menghadapku. "Kenapa, Ratu?" tanyanya, "Apa ada yang dirasa tidak nyaman?"

Salah satu yang bikin aku tidak nyaman yaitu tanganmu yang berada di pinggangku, Felix!

Aku tersenyum tipis kepadanya, "Tidak ada, Baginda."

"Syukurlah," balasnya yang juga ikut tersenyum. Argh! Tampan.

"Ekhem.. Baginda, apa Anda ingin bertemu dengan Lidya?" sela Countess dengan tatapan berseri ke Felix lalu menatapku dengan tajam.

Lah... Apa salahku? Aku mengedipkan mata heran.

"Oh, bukan aku yang ingin bertemu dengan putri Anda, Countess. Tapi Ratu-ku yang ingin bertemu dengan putri Anda," terang Felix dengan datar, namun dekapannya terasa semakin erat.

"Oh, putri kami masih tertidur, Baginda," sahut Count sembari menyesap teh hangatnya.

"Tidak. Putri kami sudah bangun dari tadi, Baginda," timpal Countess dengan nada sedikit tinggi.

Jadi tuan dan nyonya Untary, mana perkataan kalian yang benar hah?

"Sayang, putri kita masih tidur." Count memandang istrinya dengan dahi mengerut.

"Tidak, Erick! Dia sudah bangun. Aku akan membawanya kemari." Countess segera bangun dan berjalan ke bilik lain.

Aku memerhatikan semua gerak-geriknya dengan kening mengernyit. Kenapa dia bereaksi begitu?

"Tolong maafkan istri saya, Baginda dan Yang Mulia Ratu," kata Count Untary dengan wajah bersalah.

"Tidak apa-apa, Count," balasku tersenyum menanggapinya.

"Ratu, apa kau lelah? Mau bersandar?" tanya Felix seraya menepuk bahu lebarnya.

Kalau ditawari begitu kan aku pasti tidak akan tolak. Tapi nanti kalian kan harus berkenalan karena ini pertemuan perdana kalian.

Hmm... Tapi kalau dipikir-pikir lagi ini kesempatan yang bagus juga, lagipula sakit kepalaku kan belum pulih sepenuhnya.

"Boleh, Baginda. Kalau Anda tidak keberatan," jawabku dengan tersenyum tipis.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang