Bab 56 - Sebuah Pemberitahuan

27.1K 4.2K 745
                                    

Sehari Sebelumnya~

Ruangan yang tersembunyi, sempit, dan lembab. Tidak ada satu pun cahaya dari luar yang bisa menembus dinding kokohnya. Suasana mencekam menyelimuti atmosfer ruangan tersebut.

Meja yang berbentuk persegi panjang dengan peta di atasnya. Beberapa pasang mata tengah menatap bendera kecil yang tertancap di atas peta tersebut dengan serius.

"Kita akan menyerang dari sisi depan gerbang istana. Lalu sisanya menyelusup masuk ke dalam istana tanpa ketahuan. Setahuku ada sebuah ruang bawah tanah di istana Ratu terdahulu, Andrew dan Nyonya Countess bisa bersembunyi di sana," ujar Alexander seraya menunjuk tempat di peta.

Andrew mengangguk paham, sementara Urea tersenyum sinis. Biarkan saja dia ikut campur mengikuti alur novel ini, asal Ratu berambut pirang itu mati seperti ending dalam novel. Sedangkan Jerome diam-diam mengepalkan tangannya di bawah meja, dia terpaksa harus melakukan ini agar dapat melaporkan pengkhianatan ini dan melindungi Catterina.

"Duke Chayton dan aku akan menghadapi Kaisar di depan gerbang istana. Beberapa pelayan istana sudah kami suap untuk tutup mulut," sambung Alexander tertawa miring.

"Aku sudah tidak sabar. Apalagi katanya Ratu Caldwell begitu cantik dan ramah. Siapa tahu wanita itu bisa menjadi simpanan putraku bila Kaisar meninggal dalam pemberontakan ini, Hahaha," ucap Duke Chayton sembari tertawa lepas.

Sialan! Semoga Catterina baik-baik saja. Batin Jerome yang semakin merasa gerah.

Melihat Jerome yang sedari tadi terdiam membuat pak tua berambut hitam itu menatapnya bingung. "Tuan Wakil Penyihir, bagaimana menurut Anda?" tanyanya mencoba memancing pendapat Jerome.

Jerome tercekat karena ketahuan melamun. Penyihir perak itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum singkat seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Ah, maafkan saya. Tadi saya sedang berpikir. Bukannya putri Countess menjadi dayang Ratu ya? Kalau putri Anda berada dalam bahaya bagaimana?" katanya lembut, dalam hati dia merutuki nada yang dia keluarkan sendiri.

Urea langsung membelalakan matanya, dia hampir lupa dengan status putrinya yang masih menjadi dayang wanita antagonis itu. "Oh iya! Saya hampir melupakan anak saya sendiri. Aha! Bagaimana kalau saya meminta bantuan putri saya untuk bisa menerobos penjagaan istana Ratu? Orang dalam," saran Urea bersemangat sembari menaikkan satu alisnya.

Lagi-lagi Jerome mengepalkan tangannya, Rahang pria itu mengeras, urat lehernya seperti tertarik namun tidak terlihat karena tertutup oleh kerah jubahnya. "Ide Anda begitu cemerlang, Nyonya," pujinya terpaksa.

Aku harus segera memberitahukan ini pada Catterina. Pikir Jerome.

"Baiklah, kalau begitu kita akan membawa 500 tentara di sisi gerbang istana, 300 di sayap kanan dan 200 di sayap kiri istana. Tapi kita bisa menambah pasukan lagi nantinya. Akhirnya minggu depan kita sudah siap menyerang," ucap Alexander senang akhirnya rencananya menggulingkan keponakannya sendiri akan terwujud sebentar lagi.

"Selamat kepada Kaisar Caldwell yang baru," sahut Duke Chayton dengan menunduk hormat pada Alexander.

Sontak membuat Urea menampilkan ekspresi terkejutnya. A-apa? Kenapa aku tidak memikirkan hal ini? Jika Felix digulingkan maka yang akan menjadi Kaisar selanjutnya adalah si pak tua bangka ini.

Tidak bisa begini, putrinya memang harus menjadi Ratu tapi dia tidak rela putrinya menikah dengan pria tua yang sudah bau tanah itu. Sepertinya aku harus segera melaporkan ini kepada Felix, agar putriku bisa aman. Begitulah pikirnya.

~~~

Malam Harinya~

Jerome tengah gelisah, kakinya sedari tadi tidak bisa diam melangkah ke sana ke mari seperti cacing kepanasan.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang