Bab 28 - Masa Lalunya (1)

35K 4.8K 176
                                    

"Yang Mulia? Apa yang sedang Anda lakukan di sini?" Sebuah suara mengejutkan Felix di tengah malam ini.

Dia membalikkan badannya dan menatap orang itu, "Lalu kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya balik bukannya menjawab.

Ck, selalu begini. Jawab dulu dong! Batin Catterina kesal.

"Hanya berjalan-jalan sebentar karena tidak bisa tidur," jawab Catterina sedikit malas. Kakinya membawa dia berkeliling sampai ke rumah kaca terbengkalai itu dengan tidak sengaja. Awalnya terlihat cukup menyeramkan, tapi dia penasaran dengan isinya. Daripada tidak bisa tidur karena teringat terus, lebih baik dia menjelajahinya.

"..." Tidak ada respon dari Felix membuat Catterina seakan berbicara dengan tembok bukan manusia.

"Ck, Yang Mulia. Anda tahu tidak kalau anda itu sangat-sangat-sangat menyebalkan." Bahkan lebih menyebalkan daripada katingku.

Felix menaikkan alisnya, "Dari sisi mana?" tanyanya yang membuat Catterina hampir menjatuhkan mulutnya ke tanah.

"Anda sungguh tidak tahu?" dan dibalas dengan anggukan kepala pria itu.

Catterina memutar bola matanya malas, "Astaga. Mau kuberitahu, Yang Mulia?"

"Boleh, kalau kau tidak keberatan."

Pria ini benar-benar! Sabar Cattie sabar, ingat kau lebih tua secara mental. Pikir Catterina sembari menenangkan emosinya.

"Pertama, wajah Anda." Catterina menunjuk wajah Felix dengan jari telunjuknya searah jarum jam.

"Wajahku?"

Catterina mengangguk singkat, "Yap! Wajah anda itu tipe idaman setiap wanita, tampan." Saking tampannya ingin kukarungi rasanya.

"Aku tahu aku tampan," ujarnya dengan sangat pede.

Catterina hampir tertawa lepas berkat ucapan percaya diri dari pria berstatus suaminya itu. "Iya karena wajah tampan itu gak cocok dengan pemiliknya yang berhati dingin itu poin kedua."

"..."

"Ketiga, anda tidak suka mendengarkan penjelasan orang, malah bertanya balik dan seenaknya menyimpulkan sendiri. Kebiasaan yang sangat buruk, asal anda tahu itu."

"..." Felix benar-benar diam mendengarkan dengan seksama.

Catterina merasa aneh, tumben ini orang kalem amat.

"Yang mulia, apa perkataan saya terlalu kelewatan?" tanya Catterina hati-hati.

"Tidak, apa yang kau katakan semuanya itu benar," jawab Felix seraya menundukkan kepalanya.

Duh, Cattie kau terlalu blak-blakan sih! Catterina merasa tidak enak dan memasang senyum kikuk.

"Ahaha, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati, Yang Mulia. Saya hanya asal bicara." Catterina tertawa canggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"..."

Oke ini benar-benar canggung. Apa aku harus kembali ke istanaku saja? Pikir Catterina.

"Yang Mulia, saya—"

"Kau tahu, tempat yang terbengkalai ini adalah sisa kenangan kecilku yang semakin hari semakin memudar dalam ingatanku." Felix menyela perkataan Catterina, dia tahu kalau gadis itu mau kembali ke istananya.

Catterina menatap Felix dalam diam. Dari samping, pria itu terlihat begitu rapuh. Saking rapuhnya, aura dingin yang selalu mengelilinginya tidak terasa saat ini. Karena mempunyai hati yang lembut, Catterina tidak tega melihat kondisi pria itu.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang