Bab 51 - Manja

33.9K 4.9K 1.3K
                                    

Felix meletakkan Catterina dengan hati-hati di atas ranjang. Lalu dia juga ikut duduk sembari menggenggam tangan istrinya. Pria itu begitu khawatir melihat muka pucat Catterina yang sedari radi terus mengernyit. Peluh sudah membanjiri pelipis wanita itu.

"Apa masih sakit? Perlukah aku memanggil dokter?" tanya Felix dengan raut wajah khawatir.

Catterina terkekeh pelan mendengarnya. Ternyata begini ya rasanya dikhawatirkan oleh orang yang dicintai.

"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?"

"Tidak. Tidak ada," balas Catterina lalu kembali mengernyitkan keningnya.

"Hm... Pasti sakit ya? Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Felix beranjak dari duduknya, namun dia dicegat oleh Catterina.

Catterina menggeleng pelan dan menjawab, "Tidak perlu. Ini bukan penyakit berbahaya. Tapi ini..." Dia ragu melanjutkan perkataannya.

"Tapi apa, hm?" Sambil menghela nafas, Felix kembali terduduk di tempatnya.

"Sesuatu yang selalu datang setiap bulannya pada wanita," jelas Catterina yang membuat Felix mengerutkan keningnya.

"Maksudmu datang bulan?"

Mata Catterina langsung melebar sempurna. "Iya itu. Bagaimana kau mengetahuinya?" Dia terkejut Felix langsung bisa mengerti arti dari perkataannya.

"Tentu saja aku tahu." Pria itu tersenyum bangga memamerkan gigi putihnya.

"Woah~ mencengangkan," sahut Catterina seraya mengacungkan jempolnya.

Felix merapikan helai rambut Catterina lalu dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan menyeka peluh istrinya dengan pelan.

"Beritahu aku kalau ada sesuatu yang kau perlukan. Aku akan langsung menyiapkan semuanya. Itu tidak akan mengganggu pekerjaanku kok," kata Felix lembut.

"Apa aku boleh begitu?"

Felix mengangguk sembari menatap mata Catterina dalam. "Tentu saja."

Catterina mendadak menyeringai, sepertinya dia benar-benar ingin merepotkan suaminya hari ini. "Baiklah!"

~~~

Felix sedang mengobrak-abrik isi laci meja kerjanya. Dia begitu fokus memilah setiap kertas-kertas yang tersusun rapi itu.

"Ada di mana ya?" gumamnya seraya terus mencari.

"Anda sedang mencari apa, Baginda?" tanya Joseph sembari mengangkat kacamatanya memandang kaisarnya yang tengah serius membongkar isi lacinya sendiri.

"Sebuah surat," jawab Felix singkat.

"Surat? Surat apa?" Joseph berdiri dari duduknya mendekati Felix.

"Hm... Surat perjanjian."

"Hah? Anda melakukan surat perjanjian tanpa mendiskusikan dengan saya terlebih dahulu?" seru Joseph panik, pria tua itu tidak sengaja menggebrak meja Felix.

Felix berhenti sejenak lalu menatap Joseph. "Bukan surat perjanjian formal sih. Jadi jangan khawatir. Intinya itu surat perjanjian rahasiaku," balas Felix yang lalu melanjutkan kegiatannya.

Joseph hanya mengangguk saja walau dia tidak begitu paham sepenuhnya. Pak tua itu berbalik menuju kursinya lagi.

Pada saat itu di bagian paling dalam laci, ada sebuah kertas yang terlipat dua dengan warna sedikit usang berwarna kekuningan. Felix segera mengambil kertas itu dan membukanya.

"Aha! Ini dia," serunya girang karena telah menemukan barang yang dicari-cari. Dia membaca ulang isi surat kontrak itu lalu tersenyum miring.

Kebetulan di dekatnya ada sebuah lilin aromatherapy yang sedang menyala. Dilipatnya surat itu menjadi lipatan panjang, lalu diarahkan ke bagian api lilin yang menyala.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang