Bab 19 - Buku

38.1K 5.3K 519
                                    

(Masih berhubungan dengan chapter sebelumnya~)

Kediaman Count Untary, Anthea, Ibukota Kekaisaran Caldwell.

Butuh sekitar 6 jam perjalanan dari pelabuhan kota Xavier Utara ke ibukota. Cukup melelahkan, Countess Untary dan putrinya tengah tertidur pulas karena kelelahan akibat perjalanan yang cukup jauh. Bagaimana tidak, sudah 3 tahun mereka pergi ke luar negeri meninggalkan kekaisaran dan sudah lama tidak melakukan perjalanan jarak jauh.

Dengan alasan mencari pengobatan terbaik untuk Countess Untary yang mudah sakit-sakitan dan lemah. Sekarang kondisi Countess sudah membaik daripada 3 tahun lalu.

"Ayah." Panggil Lidya yang sudah bangun.

Count Untary segera menoleh ke arah putri kesayangannya, "Putriku, masuklah."

Lidya segera masuk, kebetulan pintu ruang tamu tidak ditutup melainkan terbuka lebar. Gadis itu langsung memeluk ayahnya dan duduk di pangkuan ayahnya dengan manja, "Aku rindu banget sama ayah." Katanya.

Count mengusap lembut pucuk kepala putrinya, "Haha, ayah juga merindukan kamu, Lidya. Ayah juga rindu dengan ibumu."

"Ayah, karena aku sudah 20 tahun sekarang, apa aku akan dijodohkan?" tanyanya. Dia masih dengan setia duduk di pangkuan ayahnya seperti anak kecil. Etika bangsawannya tidak ada sama sekali.

"Hmm.. Entahlah. Ayah bahkan tidak berpikiran seperti itu. Kenapa? Apa kau sudah mempunyai calon, hm?" tanya Count seraya menyipitkan matanya menatap Lidya.

Lidya terkekeh pelan, "Belum. Ibu bilang takdirku akan datang 2 tahun lagi. Jadi aku disuruh melajang dan menunggu takdir itu." ucapnya yang membuat ayahnya terkejut.

"Apa? Ibumu mengatakan hal itu lagi?"

"Iya. Lalu ibu bilang dia akan memberikan aku sebuah buku seperti buku panduan kalau saatnya sudah tiba."

"..."

"Lalu ibu bilang aku harus belajar lebih giat lagi soal tata krama, etika sopan santun, pengetahuan umum, dan dansa dalam 2 tahun ini. Padahal aku tidak buruk dalam semua itu tapi kenapa ibu menyuruhku belajar lagi?"

"..." Count terdiam. Dia sedang beradu dengan pikirannya.

Wanita itu, lagi-lagi. Kukira membawanya keluar negeri dapat menyembuhkan penyakitnya ternyata makin parah saja. Pikir Count Untary.

"Ayah?"

"Ya? Oh, maafkan aku putriku. Sepertinya ayahmu ini kelelahan."

Mendengar itu, Lidya segera bangun dari duduknya dan beralih ke belakang kursi Count, memijat kedua bahunya dengan lembut. "Bagaimana? Apa ayah merasa enakan?"

"Hahaha, kau memang pandai menghibur suasana hatiku." Count Untary tertawa senang setidaknya untuk sekarang. Dia tidak tahu bagaimana pemikiran istrinya sedari dulu.

~~~

"Sayang, kau sedang apa?" tanya Count begitu memasuki kamar yang terlihat sangat berantakan seperti ada pencuri yang masuk.

"Buku. Dimana buku itu?" teriak istrinya frustasi.

"Buku apa?" tanya Count bingung. Istrinya kini sibuk bolak balik dari lemari satu ke lemari lainnya.

"Buku panduan untuk putri kita di masa depan."

Count sudah muak mendengar hal itu sedari dulu. Dia berjalan mendekati istrinya dan meraih bahunya lalu mengguncangnya.

"SADARLAH!!" teriak Count padanya.

Countess terkejut dengan sikap suaminya barusan, dia terdiam seribu bahasa.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang