Bab 31 - Penobatan

33.1K 5.5K 570
                                    

Ruangan yang tak kalah luas dan lebih mewah daripada kamarku, beberapa furniture kayu dalam ruangan ini yang terlihat sangat mahal karena dilapisi dengan emas murni yang entah berapa karat. Aku pasti akan tetap kaya selama 10 turunan jika menjual ini semua.

Saat ini aku sedang berada di atas kasur milik pria berhati es, menunggunya selesai mandi. Aku kembali bertanya-tanya pada diriku, kenapa tadi aku menawarkan diri untuk mendampinginya tidur sih?

"Yang Mulia, Anda mengalami insomnia? Selama seminggu ini?" tanyaku tak percaya.

"Hm, mungkin," jawabnya seraya mengendikan satu bahunya.

Aku memutar otak, bagaimana caranya supaya orang bisa tertidur lelap. Adikku dulu sering bermimpi buruk dan selalu berlari ke kamarku di tengah malam. Itulah penyebab kenapa aku sangat sensitif terhadap suara dan mudah terbangun di tengah malam karena kebiasaan dibangunkan tiba-tiba.

Ketika adik kecilku tidak bisa tidur, aku selalu memeluk dan menepuk pantatnya seraya menyanyikan lagu tidur ciptaanku sendiri. Lalu saat aku berada di dunia ini juga Jessent melakukan tingkah yang sama, yaitu mimpi buruk dan lari ke kamarku tuk membangunkanku.

Sepertinya selama hidupku memang diperuntukkan membantu orang yang kesusahan tidur.

"Yang Mulia, saya akan membantu Anda tidur," ucapku dengan satu tangan menepuk pelan dadaku. Percayalah padaku, aku ini ahlinya!

Dia menaikkan satu alisnya, "Caranya?"

"Saya akan melakukannya dengan cara saya sendiri, Yang Mulia," balasku sembari tersenyum kecil.

Krieet... Pintu terbuka, menampilkan sosok pemilik kamar yang melangkah masuk dengan santainya. Masalahnya dia memakai pakaian yang errhh... terbuka di bagian dadanya. Menampilkan otot-otot dada bidangnya yang terlatih, tulang selangka-nya yang menonjol terlihat sangat menggoda.

Perfect! Aku jadi ingin menyentuhnya, seandainya di dunia ini ada ponsel pasti sudah kuabadikan. Lalu akan kucetak dan kutempel di dinding kamarku, itulah salah satu kerjaan seorang fangirl. Astaga pikiranku!

Aku mematung melihatnya, pikiranku berkelana kemana-mana. Kuakui tubuhnya sangat bagus!

"Hei," panggilnya dengan menepuk pipiku tiba-tiba. Aku tersentak kaget, cara dia membuyarkan lamunan orang itu sungguh tidak keren.

Aku merasakan air liurku hampir mengalir keluar dari mulutku yang sedikit terbuka, segera aku menyekanya ringan dengan tanganku dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Oho, Yang Mulia. Anda sudah selesai mandi ternyata."

"Jadi bagaimana cara meniduriku?" tanyanya yang terdengar sangat ambigu woi. Tolong Yang Mulia pergunakan bahasa yang baik dan benar.

"Menidurkan, Yang Mulia. Bukan meniduri," koreksiku dengan tersenyum kecil.

Dia memandangku dengan acuh tak acuh lalu berjalan melewatiku dan menaiki ranjang empuknya. Kini dia sudah berbaring rapi dengan selimut besarnya. Selimut ini yang pernah jadi rebutan kami berdua setahun yang lalu.

Aku juga ikutan berbaring dan menghadapnya. "Nah, Yang Mulia. Terserah Anda mau memunggungi saya atau menghadap ke arah saya. Intinya Anda harus tidur menyamping," kataku memberinya arahan.

Dia menolehkan kepalanya dan menampilkan kedua alisnya yang saling bertautan, "Hah?"

"Pilih dan lakukan saja."

Dia terdiam sejenak lalu memilih memunggungiku. Oke, itu lebih baik daripada aku yang tidak bisa fokus nantinya. Walau kami sering tidur bersama dengan tanggal yang sudah ditentukan, tetap saja aku tidak terbiasa seranjang dengan orang lain.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang