Lagu yang menggema di dalam ruangan membuat semangatnya terus terpompa. Bahkan sesekali ia bersenandung mengikuti lagu.
Saat ini dalam ruangan itu yang terdengar adalah lagu pop awal tahun 2010-an. Sudah sekitar satu jam lebih ruangan tersebut ribut oleh karena lagu.
Kendra yang mejanya tepat di depan ruangan Altaria itu tidak peduli karena sudah terbiasa dengan kebiasaan bosnya itu.
Hampir setiap pukul tiga sore jika ia tidak memiliki jadwal di luar maka akan ada lagu yang menggema dalam ruangan Altaria.
Tetapi kini Kendra sangat membutuhkan bosnya itu, karena keadaan yang mendesak. Ia sudah mengetuk pintu itu selama lima belas menit tetapi tentu saja tidak akan terdengar dengan volume lagu yang maksimal.
Kendra bisa saja masuk tetapi jika ia sudah tidak menginginkan wajah tampannya mulus. Kendra mendesah pelan dan memijat pelipisnya pelan.
Altaria itu suka lupa diri kalau sudah mendengar lagu, apalagi dihadapkan dengan pekerjaan. Sudah, jangan harap fokusnya terbagi.
Kendra jadi bingung apa yang harus dilakukannya. Apa ia harus terus mengetuk sampai Altaria mendengar yang mungkin akan terdengar dalam paling tidak satu jam ke depan. Atau ia menerobos masuk saja. Tentu ia tidak berani masuk, dan jika terus mengetuk jarinya pasti akan memerah. Kendra pun memutuskan untuk menunggu selama lima belas menit. Semoga saja bosnya itu menghentikan lagunya yang menggema itu dalam lima belas menit ke depan.
–––––––
“Nona.” Altaria yang sedang merapikan atas mejanya hanya menggumam pelan pertanda bahwa Kendra dapat mengutarakan apa yang ingin diutarakannya.
Setelah menunggu selama dua puluh menit baru musik yang diputar berhenti. Jadi sekarang Kendra sudah berada dalam ruangan Altaria. Ia langsung mengetuk pintu bosnya ketika suara musik tidak lagi terdenvar.
Kendra menatap Altaria dengan sedikit gelisah. Setelah meyakinkan diri, ia pun berbicara. “Nyonya Besar masuk rumah sakit.” Cukup cepat Kendra berkata karena ia gugup dan takut dengan reaksi Altaria.
Altaria yang hendak mengambil tasnya di coat stand terhenti. Ia menatap Kendra dengan terkejut.
“Mama?” Seakan tersadar dengan cepat Altaria mengambil tasnya dan tergesa-gesa keluar dari ruangannya. “Kenapa kamu baru bilang sekarang hah? Apa nyawa Mama saya itu ada dua?!”
Sepanjang jalan menuju lobi perusahaan Altaria terus saja mengomel dengan langkah cepat. Ia benar-benar dibuat khawatir sekarang dan sekretarisnya baru mengatakannya.
Ingin rasanya ia meninju wajah imut itu.
Bagaimana ia bisa asik bekerja bahkan sambil mendengarkan lagu sedangkan Mamanya berada di rumah sakit?!
“Kamu itu kalau ada kejadian seperti ini lagi harusnya langsung terobos masuk bukannya menunggu saya! Lalu Mama saya dari jam berapa di rumah sakit? Kenapa? Tapi Mama saya baik-baik saja ‘kan?” Cerocos Altaria begitu berada di dalam mobil.
Ia terus bergerak gelisah memikirkan keadaan Mamanya. Matanya pun tidak fokus, kakinya bahkan sudah bergerak tidak tenang sedari tadi.
Kendra dipenuhi rasa bersalah, harusnya tadi ia langsung masuk saja bukan memikirkan keganasan Altaria.
Kendra berdehem pelan. “Sejak jam dua Nyonya Besar di rumah sakit. Nyonya Besar jatuh ketika mau turun yang tersisa beberapa anak anak tangga saja. Nyonya Besar diharuskan bed rest selama tiga hari tetapi selain dari itu semuanya baik-baik saja. Nyonya Besar tidak mengalami retak atau pergeseran tulang hanya cidera ringan di pergelangan kakinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Altaria [Completed] || Revised
ChickLitMenjadi anak sulung dari dua bersaudara yang mana adiknya merupakan seorang perempuan juga membuat Altaria harus mau menjadi pemimpin perusahaan. Namun sebelum ada adiknya, Altaria sendiri sudah belajar keras dan melatih dirinya nanti untuk kelak me...