17. Dangerous?

2.5K 264 5
                                    

Saat ini dalam kamar yang cukup luas yang diisi tempat tidur berukuran queen size, dua buah lemari besar, satu meja rias yang berada di sudut ruangan, sebuah rak buku dan tv beserta speakernya. Dua sahabat itu terlihat sedang berbaring di ranjang yang harganya setara dengan satu buah motor itu.

Tanpa perlu mengungkit tentang kesalahpahaman tempo hari Altaria dan Feren sudah kembali bersikap seperti biasa. Terkadang tanpa perlu penjelasan apa pun mereka sudah saling paham satu sama lain. Pertengkaran itu memang tidak bisa dihindari tetapi mereka saling belajar untuk berpikiran terbuka dan tidak berlarut-larut dalam pertengkaran. Lagipula mereka berdua sama-sama buku yang terbuka alias tidak ada rahasia antara mereka, hanya antara mereka pengecualian untuk Johansson yang memiliki intuisi tajam itu.

“Jadi, lo nggak mau ngebuat pesta ulang tahun lo?”

Altaria mengangguk. “Pertanyaannya itu untuk apa? Nggak ada sesuatu yang gue dapet kalo gue rayain.”

Feren yang sedang membaca komik itu menoleh pada Altaria. Posisi berbaring mereka saat ini berlawanan, dimana Altaria yang bersandar pada kepala ranjang sambil menatap tabletnya dan Feren posisi kakinya di kepala ranjang tengah berbaring telungkup.

“Semenjak lo menjabat sebagai si-i-o, enggak pernah ada yang namanya perayaan ulang tahun untuk lo. Gue tahu lo nggak suka ribet dan kemewahan nggak jelas itu padahal jelas-jelas elo yaa.. seprei lo aja harga satu buah hape di atas lima koma sekian.” Feren berdecak pelan jika mengingat setiap benda yang ada dalam kamar, kamar mandi dan setiap benda yang dipakai Altaria harganya bisa buat beli satu buah villa atau bisa dapat satu mobil sedan.

Altaria mengerutkan keningnya menatap Feren yang pembahasannya serong itu. “Intinya, Ren.”

Feren lalu mengambil posisi duduk menghadap Altaria dan menatapnya serius. “Lo ‘kan nggak suka sesuatu yang meriah nggak jelas kayak gitu, jadi kenapa lo nggak buat jadi acara amal aja? Jadi barang-barang lo yang jarang dipake dan udah nggak pernah dipake lo jual dengan harga miring terus hasilnya buat donasi. Untuk menjualnya itu lo buat di satu tempat sambil ngajak direksi sama karyawan-karyawan lo yang mau. Gimana?”

“Ribetin.”

“Ck. Meski ribetin berguna untuk orang lain ‘kan? Dari pada pesta yang hanya buang-buang uang.” Feren berkata dengan tegas.

Altaria memandang Feren dengan ragu. “Gitu ya?”

“Iya gitu, Tiraa.., atau nggak lo undang aja salah satu artis mana kek terus lo buat acara untuk anak muda sekalian buat ngenalin produk-produk perusahaan lo dan sekalian menggaet klien baru.”

“Kalo itu kerjaannya marketing bukan gue.”

Feren menatap Altaria dengan tatapan penuh umpatan. “Ya udah sih pokoknya dirayain. Anggap juga ini sebagai salah satu bentuk perhatian lo sama para karyawan lo dan juga supaya para karyawan lo saling mengenal, siapa tahu ada yang nemu jodohnya di acara lo.”

Altaria yang gemas dengan cerocosan Feren itu pun menjitak kepalanya. “Lo aja yang rayain sono. Kenapa harus ulang tahun gue? Dan lo pikir perusahaan gue perusahaan apaan? Jodoh jodoh apaan? Nggak ada itu. Kerja yang bener biar dapet bonus dipake buat liburan atau traktir keluarga.”

Feren mengelus kepalanya lalu mendengkus pelan. Ia membalas Altaria dengan menendang sahabatnya itu dari kasur sehingga Altaria hampir jatuh. Itu membuat Altaria menatap Feren dengan tajam lalu terjadilah perang antara keduanya untuk saling menjatuhkan dari atas kasur.

Altaria [Completed] || RevisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang