Andhita menatap layar ponsel Altaria yang menampilkan nama Ethnan. Melihat itu ia tersenyum miring lalu mengangkatnya.
“Manis, kamu nggak kerja?”
Andhita ingin sekali tertawa. Sejak kapan Altaria menyukai panggilan-panggilan menjijikkan seperti ini?
“Aku lagi ambil cuti, Madu. Ada apa?” Andhita bertanya dengan lembut, khas dirinya.
“Kenapa nggak bilang? Aku ‘kan udah pernah bilang sama kamu, apa-apa itu kabarin aku, kasih tau aku. Aku jadi nggak tahu apa-apa soal kamu, Aria.” Nada sebal terdengar dari Ethnan.
Andhita menyandarkan punggungnya pada sofa yang didudukinya. “Maaf. Aku cuma nggak mau ganggu kamu. Pekerjaanmu akhir-akhir ini ‘kan lagi banyak-banyaknya.”
Helaan napas terdengar dari Ethnan. “Tetap saja, Manis. Aku mau kamu kasih tahu aku. Sesibuk apa pun aku, kamu itu nomor satu, Manis.”
Andhita mengangguk-anggukan kepalanya, jari telunjuknya diliuk-liukkan, ia tengah menyandungkan lagu di dalam kepalanya.
“Kalau begitu, kalo aku bilang sekarang aku di mana, kamu mau nyusul?”
Pria itu tidak langsung menjawab. Sepertinya sedang berpikir. “Kamu lama cutinya?”
“Nggak, cuma dua minggu.”
“Manis, itu lama. Bagaimana bisa? Aku bakal ke sana, nyusul kamu. Kasih tahu aja kamu di mana. Aku bakal selesain kerjaanku dengan cepat biar bisa nyusul kamu.”
Andhita tertawa tanpa suara, ia menatap pemandangan di depannya dengan lekat. “Aku akan sangat senang sekali kalau kamu bisa menyusulku ke sini, Madu.”
“Iya, Manis. Manis, telponnya udah dulu ya? Aku harus kembali bekerja.”
“Oke. Take care, Honey.” Tidak lupa Andhita menyematkan kecupan jarak jauh yang membuat Ethnan sedikit terkejut karena Altaria sangat jarang melakukan itu.
Lalu panggilan itu pun padam. Andhita berdiri, ia merapatkan jubah tidurnya. Ia melangkah menuju salah satu koper kecil lalu mengeluarkan sebuah flute dari sana. Kembali ke tempatnya tadi, sambil menatap gedung-gedung bertingkat dan rumah-rumah di luar sana Andhita memutar sebuah lagu untuknya memainkan flutenya. Sergio Prokofiev Sonata for flute and piano Op. 94 lah yang dimainkannya saat ini.
Andhita perlu menenangkan dirinya sebelum mulai bekerja.
–––––––
Andhita baru saja selesai merekam video ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Setelah memadamkan laptop, Andhita berjalan membuka pintu kamar tempatnya menginap.
Ketika pintu terbuka sosok yang sudah sangat lama tidak dilihatnya menatapnya dengan datar. Andhita langsung tersenyum manis dan memeluk orang tersebut.
“Gimana kabarmu, Ken?”
“Saya baik, Miss.” Ya, orang tersebut adalah Kendra. Pekerjaannya di Inggris telah rampung jadi ia kembali menemani Altaria lagi atau sekarang Andhita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altaria [Completed] || Revised
Chick-LitMenjadi anak sulung dari dua bersaudara yang mana adiknya merupakan seorang perempuan juga membuat Altaria harus mau menjadi pemimpin perusahaan. Namun sebelum ada adiknya, Altaria sendiri sudah belajar keras dan melatih dirinya nanti untuk kelak me...