Altaria ditemukan di atap rumah sakit setelah Kendra mencari-carinya.
Kedua mata Kendra melihat sosok bosnya sedang meringkuk di pojok atap dan seketika umpatan keluar dari mulutnya.
“Shit.” Lalu dengan cepat ia menghubungi Feren.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Kendra menghampiri Nonanya.
“Nona Jolika.”
Jolika, gadis itu tidak menyahut ia justru semakin menenggelamkan kepalanya di antara lututnya.
“Ini makanan untuk Nona.”
Jolika sedikit mengangkat kepalanya dan matanya menangkap sebuah tas kertas yang dipegang Kendra. “Saya juga membelikan coklat.”
Jolika beralih menatap bola mata Kendra. “Coklat?”
Kendra yang melihat Jolika mau menatapnya tersenyum manis. “Ya, coklat. Tapi sebelum itu Nona makan dulu ya?”
Jolika melarikan pandangannya ke arah lain sebelum kembali menatap Kendra lalu mengangguk.
Tentu saja dalam hati Kendra berteriak senang karena Jolika mau diajak bekerja sama dengannya, sungguh kejadian yang sangat langka.
Kendra duduk dalam jarak yang jauh agar Jolika bisa makan dengan tenang. Tapi jarak pandangnya pada Jolika tetap tidak terhalang apa pun.
Kendra memandang Jolika yang makan dalam diam itu. Kendra menghela napas pelan lalu menengadahkan kepalanya ke atas. Pasti Altaria tertekan makanya ia memilih digantikan oleh Jolika.
Jolika benar-benar sangat berbeda dari Altaria mau pun Andhita. Namun Jolika itulah yang menemani Nonanya dulu meski pun dengan sifat yang muram.
Kendra ingin Altaria sembuh tetapi dengan kondisi yang seperti ini ditakutkan Altaria akan lebih sering berganti dan itu bisa membahayakannya nanti.
Tiga puluh menit Kendra menemani Jolika makan sebelum kegiatannya menatap Jolika harus berhenti karena bunyi pintu atap yang berdebam.
Dapat Kendra lihat, Feren tengah berjalan dengan raut wajah khawatir dan gusar menghampirinya. Ia berdiri di sebelah Kendra yang juga sudah berdiri itu.
Feren mengarahkan pandangannya pada Jolika yang kini sedang menatap ke depan dalam diam setelah selesai makan.
“Dia nggak baik-baik saja.”
Kendra mengangguk paham. “Jiwanya pasti terguncang sekali.”
Feren menoleh menatap kekasih sekaligus calon suaminya itu. “Kenapa kamu nggak bilang hal sepenting ini padaku?”
Kedua iris Kendra mengarah pada Feren. “Maafin aku untuk itu. Aku nggak kepikiran buat hubungi kamu. Aku tahu itu salah tapi kalau kamu ngijinin aku membela diri, keadaan kemarin sangatlah genting dan kami harus bergerak cepat. Kamu jelas tahu kayak gimana Nona Altaria jadi secepat mungkin dan seakurat mungkin kami harus menemukan dan menyelamatkan Nona Helva. Jadi tidak ada waktu bagiku untuk mengabarimu. Maaf, Yang.”
Feren mendesah pelan. Ia mengerti, sangat mengerti kondisi yang bisa saja membahayakan Helva di setiap detiknya itu jadi yang dipikirkan mereka saat itu terlebih Altaria adalah keselamatan Helva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altaria [Completed] || Revised
ChickLitMenjadi anak sulung dari dua bersaudara yang mana adiknya merupakan seorang perempuan juga membuat Altaria harus mau menjadi pemimpin perusahaan. Namun sebelum ada adiknya, Altaria sendiri sudah belajar keras dan melatih dirinya nanti untuk kelak me...