CHAPTER DUA PULUH SEMBILAN
HIS SUPREMACY
Sir Thomas atau Kepala Keamanan Blue House yang mengantar Tuan Park menuju paviliun Dahyun. Dari luar, pria itu nampak tenang dan sudah hafal betul kompleks bangunan Blue House, mulai dari Presedential Office, Secretary Office, atau bahkan paviliun. Jadi, ada atau tidaknya Sir Thomas seperti tidak berpengaruh kepadanya. Ia berdiri dengan tubuh kurus tingginya, dengan setelan jas yang dijahit tangan dan nampak ekslusif mencetak tulang bahu tegap serta lengannya. Jika sebelum ini mereka belum pernah bertemu, Dahyun sudah yakin bahwa itu adalah ayah Jimin, tidak salah lagi. Mereka punya tatapan dan senyuman yang mirip.
Dahyun agak merinding dan tegang sewaktu bertemu tatap dengannya. Namun, dia paksakan untuk tampil tenang penuh percaya diri. "Silakan, Tuan."
"Terima kasih, First Lady." Ada kerlingan kecil di matanya sesaat ia memandangi Dahyun dan terduduk. Eve serta kepala chef Blue House sudah masuk dengan kereta besi untuk mengantarkan sepoci teh gilingan dari Inggris, biskuit kacang dengan potongan almond kering serta jus buah segar untuk Dahyun. "Aku akan minum."
"Ya, silakan," sahutnya.
Dahyun merasa perutnya agak nyeri sejak pagi. Apalagi dengan kejadian semalam; dia yang bolak-balik pindah posisi, muntah hebat kemudian merasa dadanya yang membengkak nyeri. Untung saja pagi ini Eve memberikannya ramuan herbal yang membuat tubuhnya agak bugar. Dahyun harus bersyukur setidaknya mereka belum memaksa Dahyun untuk ke rumah sakit. Bagus sih mungkin dia bisa bertemu Presiden Park, tapi dia seratus persen yakin belum boleh melihatnya sedekat para dokter.
"Nah, bagaimana kabarmu, First Lady."
"Saya baik, yah ada sedikit gangguan tapi semuanya baik. Bagaimana dengan Anda?"
"Baik, hanya saja kabar mengenai Jimin agak mengejutkanku. Tidak pernah ada sejarahnya presiden pesawat jatuh setragis itu. Aku sampai takut .." Pria itu menahan napasnya cepat. "Aku tidak bisa melihat anakku lagi."
"Itu sangat mengejutkan."
Tuan Park menyunggingkan senyuman tipis. "Apakah kau dengar kabar dari dewan beberapa waktu ini? Atau Jenderal Jung bahkan Kepala BIN sudah memberitahukan kepadamu?" Bahasan yang semula memancing sendu langsung lenyap. Tuan Park menyeruput tehnya lagi. "Kau pasti sudah dengar soal kosongnya kursi presiden di momen sekarang."
"Yah."
"Dan persiapan dewan jika Jimin tidak membaik dan bagaimana dia tersingkir dari jabatannya sekarang." Jujur saja, Dahyun tidak senang mengungkit masalah ini. Bukan apa-apa, rasanya seperti tidak bersimpati akan keadaan Jimin yang tengah berjuang untuk pulih. Justru orang-orang malah heboh dengan siapa yang akan jadi presiden, siapa yang akan menggantikan Presiden Park dan siapa orang baru penghuni Blue House nantinya. Itu tidak wajar, dan Dahyun sejujurnya sedih jika Jimin mengetahui hal ini pula. Terbangun tanpa tahu bahwa kau sudah digantikan? Terbangun setelah bersusah payah membangun dan menjaga negara ini sebaik mungkin justru kau sadar dirimu bukan presiden lagi? Dahyun meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce Mr. President | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun terbangun di tubuh orang lain. Tidak hanya itu, dia ternyata seorang First Lady dan merupakan istri dari presiden ternama; Presiden Park. Dahyun berusaha beradaptasi di saat konflik-konflik keistanaan menyerang sekitarnya. Dan satu perta...