Seduce Me #28

355 66 8
                                    

CHAPTER DUA PULUH DELAPAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER DUA PULUH DELAPAN

VACUUM OF POWER

Kabut duka masih menyelimuti setiap senti rumah besar tersebut. Meski dari segala sudut nampak mewah dan elegan, ada rasa mencekik sewaktu kau menjejakkan kaki di tempat di mana Lee Yungi seharusnya melepaskan lelah dari segala tuntutan di Blue House. Sekarang, sosok itu sudah berubah menjadi satu karangan bunga besar, foto yang nampak gagah dan air mata di banyak mata orang-orang yang hadir. Dahyun mengatur napas, ikut terduduk di satu meja panjang sedangkan pemilik rumah menyambut tamu yang beres dari pemakaman. Mungkin karena Dahyun sudah begitu sering menelan kepedihan, jadi dia sudah terbiasa dengan seluruh atmosfer di sini—dia juga bahkan merasa akrab dengan wajah sedih dan tangis yang makin terdengar. Dahyun sempat membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi ini—mendengar kabar duka dari Presiden Park yang tidak selamat. Dia tidak menangis, atau menjerit lagi—dia akan serupa mayat hidup yang bersandar lesu di pojok ruangan. Dahyun yakin, kesedihan tidak ada apa-apanya dengan perasaan terenggut dan kehampaan yang berganti mengisi relung batinnya.

Dia menyaksikan itu di wajah istri Lee Yungi yang sudah kehabisan tenaga untuk terisak. Sekarang mereka berusaha membuatnya tetap sadar meski sejak tadi, dia sudah terhuyung, hampir ambruk di atas kakinya.

"Bisa aku keluar sebentar?" tanyanya kepada Eve.

"Tentu, Lady. Mari saya temani." Eve memberikan isyarat kepada tiga pengawal kepresidenan untuk mengatur jarak meski mengikuti mereka dari belakang. Dahyun berjalan di sepanjang teras luar, mencari udara segar karena di dalam penuh kabut menyesakkan yang berupa polusi untuk dadanya. Dahyun bukannya tidak ingin bersikap sentimental dan peduli. Hanya saja, terlalu banyak kejadian yang menghantam dirinya sampai dia gagal memilah emosi ataupun sikap seperti apa yang cocok sekarang. Seperti, ini sebatas mimpi semata.

Dahyun berhenti mendadak, matanya memicing melihat dua orang berada di dekat kolam. Dia menekuk bibir lantas kembali bejrjalan. Setibanya di sana, Dahyun melangkah hati-hati yang disambut uluran tangan Eve agar Dahyun dapat berjalan dan tidak terpeleset mendekati kolam yang airnya terlalu penuh. "Hai."

Satu sosok itu berbalik, diikuti satu sosok lain yang tadi tengah memegangi pancingan kecil. "Oh, Mrs. President." Dia bangkit dan membungkuk dalam. Satu anak kecil di sampingnya agak bingung, dan hanya menatap Dahyun.

Dahyun mengangguk dan membungkuk. "Apa yang kalian lakukan?"

"Yonjae senang memancing, kemarin Appa-nya sudah mengirimkan banyak ikan." Perawat itu benar. Ada banyak ikan yang meliuk lincah dan berenang dari satu ke satu lain bagaikan gerombolan lapar. Ketika perawat meraih satu bungkusan di sisi kaki, dia menyebarkan satu umpan untuk mereka. Bocah bernama Yonjae itu memekik dengan tawa. "Yonjae, senang? Ikannya sehat kan?" Gadis itu melirik Dahyun. "Mrs. President, terima kasih sudah datang kemari. Terima kasih sudah ada di sini."

"Aku turut berduka cita dan .. sudah kewajibanku untuk datang. Beliau sosok yang sangat loyal dan baik. Aku akan terus mengingatnya," gumamnya.

Gadis itu menoleh ke arah Yonjae dan memandang bocah tiga tahun tesebut dengan nanar. Tadi, dia tidak dapat menampilkan wajah sedihnya.

Seduce Mr. President | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang