CHAPTER DELAPAN
HOLD ME TIGHT
Menunggu di pelataran lapangan landas, Dahyun terus mengeratkan mantel dan syalnya. Eve pun dengan cekatan menyerahkan satu syal serta sarung tangan tebal untuknya. "Terima kasih." Sembari menunggu, Dahyun pun dipersilakan untuk duduk ataupun meneguk cokelat hangatnya. Barisan pengawal tidak pernah meninggalkannya meskipun untuk sedetik. Untung saja, karena pagi pagi buta jadi tidak banyak media yang mengekori mereka, serta karena pihak bandara sudah bersiap. Segalanya berlangsung tertib.
Presiden Park dijadwalkan sampai pukul enam. Sekarang masih pukul lima lewat dua puluh. Dahyun terus menunggu meskipun beberapa orang memperlakukannya dengan sangat baik, dia tetap cemas. Tepat pukul lima lewat lima puluh lima, akhirnya pesawat besar berwarna putih dengan lambang khusus istana pun terlihat. Mereka bangkit, kemudian tangga serta karpet khusus digelar di hadapan mereka. Dahyun menyipitkan matanya sesaat pintu besar bergeser dan menampilkan satu sosok gagah itu. Dahyun bergegas mendekat, membuat Presiden Park agak terkejut. "Kau .. menjemputku?" Ia langsung merangkul sang istri bersamanya. Di sekitar mereka, pengawal mengarahkan jalan.
"Yah, aku mana bisa menunggu saja."
Pria itu tersenyum. "Kau sangat merindukanku, huh."
Dahyun menyampirkan satu tangan di pinggang Jimin kemudian mereka terus berjalan serempak. Sesampainya di mobil hitam tersebut, Jimin masuk terlebih dahulu diikuti Dahyun. "Jadi, bagaimana di sana?" tanyanya pelan. Setelah mendapatkan arahan, mobil pun melenggang pergi dari area bandara, kemudian menuju jalanan besar. Banyak iring-iringan polisi serta beberapa ajudan istana yang memimpin dan mengekori mobil mereka.
Dahyun masih belum terbiasa, hanya saja, karena ada Jimin jadi dia dapat mengalihkan perhatiannya kepada pria itu seorang.
"Menarik. Aku akan langsung datang ke gedung dewan untuk mendiskusikannya," katanya dengan mimik serius. "Mereka punya pemukiman yang kumuh dan tidak layak huni. Apalagi ada banyak kasus kelaparan serta tingginya kasus putus sekolah. Itu membuatku sedih."
"Pasti sangat buruk."
Dahyun melipat bibirnya kemudian mulai melepaskan syal serta sarung tangannya perlahan. Di tempatnya dahulu, Dahyun tidak begitu terkejut dengan kasus-kasus mengerikan mengenai adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga, gizi buruk sampai kasus putus sekolah. Bahkan dirinya hampir seperti itu. Jadi, ini seperti satu teguran keras bahwa mungkin ada saatnya, Dahyun pun kembali ke tempatnya berasal. Kemewahan, semua kekuasaan serta privilege yang dia dapatkan sekarang tidak akan berlangsung selamanya. Dahyun mau menangis. Tapi tetap saja, bagaimana bisa menangis secara mendadak apalagi dengan Presiden Park yang kondisinya baru pulang dan akan cemas karenanya.
"Lain waktu, jika ada kesempatan, kau bisa ikut bersamaku," gumamnya lembut. Jimin nampak bergerak untuk kemudian mengusap sisi wajah Dahyun. Perasaan itu meluap begitu saja, bagaikan selama ini terus dia tahan-tahan dan dia abaikan. Karena faktanya, dia memang harus fokus kepada bebrapa urusan. Namun, Dahyun sudah di sini, baik-baik saja dan nampak sesegar yang dia ingat terakhir kali. "Aku terus merindukanmu. Tiap malam rasanya kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce Mr. President | park jm ✔
Fiksi PenggemarKim Dahyun terbangun di tubuh orang lain. Tidak hanya itu, dia ternyata seorang First Lady dan merupakan istri dari presiden ternama; Presiden Park. Dahyun berusaha beradaptasi di saat konflik-konflik keistanaan menyerang sekitarnya. Dan satu perta...