Seduce Me #36

357 62 9
                                    

CHAPTER TIGA PULUH ENAM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER TIGA PULUH ENAM

PAIN KILLERS

Ide tersebut tercetus begitu saja. Berhubung orang tua Daehyun sudah berada di Gyeo, Presiden Park yang dapatkan waktu senggang, jadilah mereka memanfaatkan kesempatan toh momennya juga cukup pas. Apalagi dengan Dahyun yang tengah berbadan dua membuat mereka akan terkesan mengingat momen kehamilan yang sangat dinanti tersebut. Penghuni Blue House pun menyambut dengan senang acara pemotretan mendadak itu, bagaikan mereka akan punya buku tahunan sendiri. Tentu saja keluarga Daehyun yang menjadi sorotan utama.

Dahyun menjajalkan beberapa gaun yang tadinya untuk perayaan lain. Di kamar luasnya, Dahyun meneguk ludah. Sekali. Dua kali. Tiga kali. "Ini terlalu terbuka, bukan?" ungkapnya di hadapan cermin karena tahu belahan dadanya nampak terekspos apalagi dengan perubahan bentuk tubuh yang mulai terlihat. "Aku mau yang lebih elegan."

"Baik, My Lady," sahut Eve lantas memacu langkah untuk membuka koleksi gaun lain di lemari besar.

Dahyun tergelak karena pintu yang membuka. Dia melihat Presiden Park sudah masuk kemudian meminta yang lan untuk memberi ruang kepada mereka. Pria itu mendekati Dahyun yang masih terdiam. "Kurasa aku akan pergi setelah ini."

"Uh? Ada urusan mendadak?"

"Dewan ingin aku cepat memberikan keputusan untuk pengangkatan wakil presiden Gyeo Selatan yang baru," jawabnya. Ekspresi kalut berkelabat di wajah Jimin tapi pria itu menarik senyuman tipis. "Tapi ini bukan masalah justru karenanya aku lega kursi itu sudah terisi."

"Dan jika aku boleh tahu .. siapa yang akan.."

Jimin berdecak pelan. "Sebenarnya ada tiga kandidat teratas, tapi aku akan bicarakan dengan penasehatku serta dewan lain yang berasal dari partai kami. Oh ya, kau sudah mencoba gaun yang aku berikan kemarin? Itu cukup co—"

"Mr. President."

"Ya?" tanyanya, agak terkejut.

"Apakah ini tidak terburu-buru? Kau sepertinya belum cukup yakin. Maksudku, aku tidak berhak ikut campur tapi sosok ini harus menjadi pilihan utamamu dan aku tidak mau sampai kau salah membuat keputusan. Yah, meskipun aku ragu kau pernah membuat keputusan." Seperti kau yang paling benar saja, Kim Dahyun! Dahyun membasahi bibirnya sejenak. "Aku ingin yang terbaik."

"Jangan khawatir," sahutnya. Ia mengupap bahu Dahyun dan memandang turun. "Aku akan membuat keputusan yang terbaik untuk rakyatku, selalu seperti itu."

.

.

Seusai mengantarkan orang tua Daehyun beserta rombongannya (sungguh, orang tua itu sangat sibuk mengalahkan presiden manapun), akhirnya Dahyun diantarkan kembali ke Blue House. Sejujurnya ia masih mengingat betul apakah ada kata-katanya yang membuat mereka curiga atau ada perkataannya yang nampak aneh untuk didengar. Atau apakah sikapnya sangat berbanding terbalik dengan Han Daehyun. Selama pemotretan tadi, Dahyun tidak bisa berhenti gugup apalagi ibu Daehyun terus tersenyum seraya memperhatikan lekat. Mungkin mencari-cari titik yang mendukung perasaannya bahwa ini jelas bukan putrinya atau mencari-cari bukti lain bahwa yang tengah bersamanya ini jelas orang asing yang berpura-pura seolah adalah putrinya. Apapun itu, Dahyun setegang ketika ia menghadapi ujian sekolah bahkan dia terus bekeringat dingin dengan cara yang mengejutkan.

Seduce Mr. President | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang