CHAPTER DUA
BITTER IN DISASTER
Kim "Apes" Dahyun.
Sekarang, Dahyun terpikir mengapa Minjoo kerap mengoloknya atau mengatakan garis tangannya memang buruk. Yah, memang sejak awal. Minjoo itu jahat, tapi sebagian ucapannya benar. Minjoo kadang usil, tapi sekali bicara, dia hanya mengatakan hal berupa fakta. Sekarang, itu .. terjadi.
Dahyun tidak heran jika ada alat timbangan beban dan dosa, mungkin miliknya keduanya sama berat, beban hidup yang sejalan dengan berat dosanya. Beban hidup yang mungkin seberat daripada jatah keberungannya. Meskipun Presiden Park itu rendah hati dan juga memandangnya seakan dia pusat dunia dan itu semua semata-mata mungkin karena dia ingin bicara: Hei, jangan mengacau, oke? Kau istriku dan satu negeri membelamu dan diriku. Jika kau ataupun aku terkena masalah, kita sama sama terperosok ke jurang. Jadi, ayo bekerja sama. Yah, sangat diplomatis dan praktis. Dia tidak ingin posisinya goyah dan tetap ingin memimpin. Dahyun hanya perlu mengikuti serangkaian pola dan patuh.
Ottoke?
Setelah sambutan penuh petaka tersebut, Dahyun nampak ragu untuk berdiri berdampingan dengan Presiden Park. Tubuhnya serasa berubah menjadi gulungan benang kusut, dan dia merasa sangat rendah diri. Apalagi, President Park sudah berdiri dengan gagah, beres menyampaikan sambutannya yang terdengar padat, ringkas dan menakjubkan. Dahyun makin merasa ciut karena beberapa orang tetap menancapkan perhatian kepadanya, membuat rasa gugupnya meledak-ledak.
Seakan menyadari mimik terganggu Dahyun, Presiden Park melirik kecil sesaat pembawa acara sibuk untuk memandu acara selanjutnya. President Park memandang intens. "Apakah kau baik-baik saja?"
Dahyun ingin menangis. Air mata sudah hendak melesak begitu saja, mengingat ulang bagaimana tadi dia hampir terjungkal kabel mik di dekat kakinya, kemudian berpegangan kepada podium dengan tangan gemetaran. Tidak sampai di situ, Dahyun juga membacakan pidato dengan terbata-bata dan sangat gemetaran. Pasti semua orang sudah membicarakannya.
"Hm."
Presiden Park merangkul pinggang Dahyun agar berdekatan dengannya, karena dari yang dia lihat, Dahyun kerap menarik diri sampai rasanya ingin turun dari panggung. Pria itu menarik senyuman tipis. "Tidak apa-apa. Jangan khawatirkan apapun."
Tapi aku tidak baik-baik saja! Bagaimana bisa baik-baik saja di saat seharusnya tampil anggun justru dia hampir terjungkal begitu?! Dahyun ingin memprotes tapi dia masih punya stok kewarasan, dan tidak etis juga membentak Orang Nomor Satu apalagi di hadapan barisan penjaga presiden yang bertubuh dua kali lipat dari Dahyun.
Presiden Park mulai beralih ke hadapan para audiiens, kemudiian agak bergeser saat Dahyun diminta untuk maju seraya menyerahkan kalung yang akan disumbangkan tersebut. Dahyun berusaha menjaga langkahnya, menghitung dalam hati dan memaksakan senyuman kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce Mr. President | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun terbangun di tubuh orang lain. Tidak hanya itu, dia ternyata seorang First Lady dan merupakan istri dari presiden ternama; Presiden Park. Dahyun berusaha beradaptasi di saat konflik-konflik keistanaan menyerang sekitarnya. Dan satu perta...