Seduce Me #32

338 70 21
                                    

CHAPTER TIGA PULUH DUA

STAY WITH ME, PROMISE?

"Nah, Anda sudah duduk dengan nyaman sekarang?'

Tetap saja, Dahyun terus meremang. Dari suara lembut dan wajah dengan ekpresi tenang begitu, Dahyun malah berpikiran kemana-mana."Bisakah kita mulai?" tanyanya, agak terusik.

"Sebelumnya, saya mendapatkan informasi bahwa Anda tengah hamil jadi penting untuk Anda tetap rileks dan mendengarkan saat saya menjelaskan. Anda bisa mengajukan pertanyaan jika dirasa ada hal yang tidak Anda pahami, Mrs. President."

Uh? Mengapa berbelit-belit?

Dahyun gemas. "Yah, tentu saja. Jadi, katakan sekarang."

Sosok itu terus berbicara dengan tenang dan menghanyutkan. Dahyun jadi berpikir bahwa Prof. Kim memang terbiasa berhadapan dengan pasien maupun keluarga pasien ketika beliau harus menyampaikan kondisi penting. Dahyun terus mendengarkan, sesekali dibuat nyaman dan ditenangkan dengan suara dan tutur bahasanya yang sopan. Prof. Kim juga menunjukkn laporan medis ke hadapan Dahyun lewat percakapan video mereka tersebut. Dahyun mengangguk, memahami.

"Nah, kabar baiknya adalah Anda diziinkan untuk datang menjenguk, Mrs. President," gumamnya dan menarik senyuman. Prof. Kim punya sorot mata teduh dan senyuman yang dapat membuat badai sekalipun mundur perlahan dan gagak-gagak ganas langsung berhenti berkoak. Dahyun heran darimana kemampuan seperti itu datang. Dia bagaikan biksu yang sudah bertapa seperkian tahun untuk mendapatkan ketenangan seteguh itu, dan Dahyun menganguminya.

"Terima kasih banyak, Prof."

"Tidak, Mrs. President. Terima kasih karena sudah mempercayakan President Park kepada kami. Anda dapat datang besok atau lusa, kami akan menyambut Anda," katanya pelan.

.

.

Dahyun sulit menjabarkan perasaannya dengan kata-kata. Frasa nominal, adjektif, atau bahkan ungkapan hiperbola jadi payah karena tidak dapat setidaknya mendekati betapa dia telah menanti momen ini. Sejak peristiwa kecelakaan yang menimpa President Park, Dahyun sudah menahan diri agar tidak berlebihan dalam menunjukkan perasaannya. Bahwa dia sangat ingin memeluk tubuh pria itu, rindu akan harum tubuhnya atau kata-katanya yang sehangat pelukan di malam dingin. Dahyun bahkan tidak tahu darimana perasaan memhuncah ini begitu awet dan Dahyun terus memandangi cermin seraya melirik jam dengan gemas. "Masih satu jam lagi? Mengapa sangat lama."

Dari belakang, Eve membantunya memekai kardigan putih dengan pin khusus Gyeo Selatan. Eve menyapukan tangannya hati-hati, memperbaiki keliman yang terlipat di leher Dahyun dan tersenyum. "Lady, Anda sangat tidak sabar?"

"Tentu saja, aku ingin bertemu dengannya."

Eve tersenyum. "Semoga Anda menikmati waktu berharga dengan President Park." Ia pun membantu menata rambut Dahyun jadi gelungan tinggi, memamerkan lehernya. "Apakah Anda sudah meminum susu Anda? Dan juga sarapan?"

"Kau lihat sendiri, Eve. Apakah kau lupa? Aku mau sesehat mungkin datang kepadanya. Bahkan meski aku masih takut dengan pesawat, itu tidak dapat menahanku untuk bertemu dengannya." Dahyun mencerocos cepat. Sejak pagi, Dahyun sudah bangun dengan gesit, mandi dengan bersemangat kemudian duduk di meja makan panjang Blue House. Dia bahkan sempat bercakap hangat dengan kepala chef Blue House sembari pamer bahwa hari ini dia akan pergi ke Urk. Tidak sebatas itu, dia bahkan sudah menghubungi Mingyu juga bahwa dia akan pergi jadi dia izin untuk tidak hadir di rapat atau datang ke kantor.

Meskipun di beberapa momen, Dahyun mendapati dirinya melamun karena teringat informasi yang disampaikan Prof Kim soal suaminya, Dahyun membuang jauh ekspresi sedihnya.

Seduce Mr. President | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang