Haloo semuanya, Happy reading
.
.
.
."Lo kenapa nggak pulang aja, sih?"
"Anggi gue nyesel!" pekik Yasinta dengan suara lengkingnya.
"Berisik." Anggi langsung menutup kedua telinga. "Lagian salah lo sendiri, jadi nggak usah merengek."
"Kasih solusi ngapa, nggak ada perngertiannya jadi teman."
Anggi menggeram di tempat mendengar ucapan Yasinta barusan. Kurang pengertian bagaimana lagi? Anggi sudah mau menampung Yasinta selama dua hari di rumahnya, meminjamkannya baju, dan memberinya makan. Yasintanya saja yang tidak bersyukur.
"Terima aja, itu 'kan mau lo," jawab Anggi cuek.
"Gue nggak mau jadi jelek, rambut gue kenapa jadi gini?" Yasinta meratapi rambutnya yang menjadi pendek sebahu.
"Memang cantik diukur dari panjang pendeknya rambut ya?" Anggi berdecak melihat kelakuan Yasinta yang terlalu lebay menurutnya. "Berati semua orang berambut pendek itu jelek? Tapi 'kan Alfian sama Geri rambutnya nggak panjang, berati jelek dong."
"Kenapa jadi bawa-bawa Geri sama Alfian." Yasinta melempar bantal ke arah Anggi.
Sedangkan Anggi hanya cekikikan dan langsung ngacir setelah mengambil tas sekolahnya. "Buruan nanti telat!" teriak Anggi yang sudah keluar dari balik pintu kamarnya.
Yasinta menghela nafas berat, sudah dua hari ia tidak pulang ke rumah dan dua hari juga Mamanya tidak menelepon Yasinta. Hanya Papanya yang menghubunginya menanyakan keberadaannya, Yasinta semakin ingin berlama-lama di rumah Anggi, rasanya akan terasa canggung jika pulang.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Yasinta segera beranjak dari tempatnya dan menyusul Anggi yang telah keluar terlebih dahulu. Sebenarnya Yasinta malas untuk pergi ke Sekolah, tapi Anggi terus memaksanya dan mengancam tidak akan menampungnya di rumah Anggi lagi. Dengan berat hati Yasinta tidak jadi membolos, lagipula kemarin ia sudah tidak masuk Sekolah.
Mata Yasinta membulat ketika melihat Anggi yang telah menghabiskan sarapan tanpa menunggunya. Bisa-bisanya Anggi makan terlebih dahulu padahal ada Yasinta sebagai tamu di rumahnya, Yasinta segera memposisikan dirinya di samping Anggi, sebelum suara sahabatnya itu mengintrupsinya.
"Ngapain?" tanya Anggi yang membuat kernyitan muncul di kening Yasinta.
"Sarapan," jawab Yasinta menghentikan gerakan tangannya yang ingin menggapai piring.
"Nggak ada, kalau nunggu lo sarapan kita bakal terlambat, makanya jangan lelet." Anggi menarik Yasinta untuk segera beranjak dari meja makan. "Makan di mobil aja." Anggi mengangkat pelastik putih tembus pandang yang isinya roti dan susu rasa coklat.
Yasinta tersenyum senang, padahal tadi ia ingin protes dan melaporkannya pada Mama Anggi jika anaknya tidak memberinya makan. Tapi setelah melihat roti dan susu yang tergantung di tangan Anggi, membuat Yasinta mengurungkan niatnya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Anggi mengizinkan Yasinta menginap di rumahnya. Berhubung Mama, Papa, dan Adiknya sedang pergi ke luar kota untuk mengunjungi rumah Neneknya, Anggi dengan senang hati mengizinkan Yasinta tinggal di rumahnya untuk menemaninya.
"Kenapa cuma satu susunya harusnya dua." Pinta Yasinta dengan tidak tahu malu, sudah dikasih masih mau lebih.
"Beli sendiri sana," suruh Anggi sambil memasuki mobilnya.
"Nggak mau, maunya dibeliin." Yasinta duduk di sebelah Anggi, ia segera memasang wajah sok imutnya. "Kakak Anggi, beliin Yasinta susu coklatnya lagi."
"Najis," umpat Anggi sembari memasang wajah mau muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...