Haiii gaes
Selamat membaca😗
:DYasinta membuka matanya perlahan. Rasa kantuk masih menguasai dirinya, sesekali ia menguap lebar, belum menyadari bahwa dirinya kini tengah diperhatikan.
Sepasang netra hitam menatap Yasinta dengan tatapan tajam, di tangannya terdapat buku bersampul coklat tua yang banyak dihindari oleh semua Siswa, fungsinya untuk mencatat pelanggaran atau kesalahan selama belajar di SMA Bina Mulya.
"Yasinta Amartiwi. Bertengkar dengan Ani, Anisa, dan juga Eriska sampai bermain fisik, Tidak mengerjakan hukuman menyapu halaman dengan benar, bertengkar lagi dengan Ani dan kamu Bapak loloskan karena alasan kakimu terkilir, terlambat datang ke Sekolah, dan sekarang tertidur saat sedang menjalani hukuman." Pak Ali membaca satu-persatu pelanggaran yang telah Yasinta perbuat. "Sudah mengerjakan sampai mana soal matematika yang Bapak berikan?"
Yasinta gelagapan ia tidak mengira yang dilihatnya pertama kali saat membuka mata adalah Pak Ali, pandangannya menelusuri setiap sudut ruangan, hanya tersisa Putri dan Alfian saja. Yasinta menebak pasti Geri dan Diana sudah diperbolehkan pergi oleh Pak Ali. Di dalam hati, Yasinta mengucapkan sumpahnya karena tidak ada yang membangunkannya.
"Anu Pak, saya ketiduran." Yasinta menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus memberi alasan seperti apa.
"Yang saya tanyakan, kamu sudah megerjakan sampai mana?"
Dengan gerakan lambat Yasinta memberikan lembar jawabannya kepada Pak Ali, ia menggigit lidahnya cemas, berharap Pak Ali tidak mengamuk setelah melihat isinya.
Alfian yang melihat itu, hanya menatap iba. Ia bukannya tidak mau membangunkan Yasinta. Saat sebelum Yasinta tertidur, Alfian pergi untuk memfotokopi berkas-berkas yang di perlukan OSIS, saat Alfian kembali Pak Ali sudah berdiri di depan Yasinta yang sedang tertidur.
"Dari 40 soal, hanya terjawab 6 soal itupun hanya benar 1." Pak Ali menghembuskan nafas lelah. "Selesaikan ini sampai besok, jika tidak selesai, maka surat panggilan orang tua akan Bapak keluarkan."
"Tapi Pak, kasih saya hukuman yang lain aja, enggak apa-apa menyapu halaman atau lari keliling lapangan," mohon Yasinta, ia tau kemampuan otaknya bahkan sampai besokpun soal itu tak akan selesai, jika Nike sampai terpanggil ke sekolah, habislah riwayatnya.
Pak Ali menggeleng kuat, apapun yang telah ditetepkannya tidak boleh di ganggu gugat, hukuman tetaplah hukuman tidak ada negosiasi. "Tidak, Bapak sudah liat sendiri bagaimana kamu menjalani hukuman dari Bapak, mau kamu lari keliling lapangan atau menyapu halaman, itu tidak pernah kamu tuntaskan. Kalau hukumannya seperti ini, Bapak yakin kamu pasti akan kapok."
"Dari tadi dia nggak ngerjain tuh Pak, kerjaannya cuma gangguin Geri terus tidur." Putri seperti menambahkan minyak tanah keatas bara api yang menyala, ia senang melihat Yasinta yang kena omel oleh Pak Ali.
Setengah mati Yasinta menahan dirinya untuk tidak menimpuk Putri dengan sepatunya, rasa kesal terhadap Putri meningkat menjadi 97%, jika Yasinta masih mendengar cewek menyebalkan itu berbicara, maka dengan senang hati, ia akan melakban mulut Putri, agar tidak berbicara sembarangan.
"Saya mengaku salah," ucap Yasinta. "Tapi, dia lebih salah, dari tadi dia berisik, jadi saya nggak fokus mau ngerjain," tunjuk Yasinta kepada Putri.
"Jangan nyalahin orang, otak lo aja yang nggak nyampe, buktinya Geri dan Diana bisa ngerjain tuh," bela Putri.
Yasinta mengepalkan tangannya, sepertinya ia selalu di remehkan oleh Putri. Yasinta mengaku dirinya tidak pandai dalam belajar hitung-hitungan, tapi ia juga tidak terima jika ada yang menghinanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...