"Kenapa gue harus ikutan?"
"Karena lo friendnya Anggi."
Yasinta melempar balon yang baru saja ditiup hingga balon tersebut mengempes kembali karena belum sempat diikat pada bagian ujung. Ia berdecak keras mendengar jawaban dari Revaldi.
Di sekelilingnya penuh dengan hiasan dekorasi ala ulang tahun. Balon berwarna-warni, bunga yang disusun sedemikian rupa, pita yang menghiasi dinding, tidak lupa kue tart berbentuk hati terpajang indah di atas meja.
Yasinta menyeka keringat di dahi, ia tersenyum kecut melihat dekorasi cantik hasil karyanya dan Revaldi. Yap, mereka berdua saja, hanya Revaldi dan Yasinta yang mendekorasi ruangan bernuansa putih itu.
"Ngerepotin banget sih, kenapa nggak ngajak kawan lo Dandi, Riki." Yasinta diam sebentar memberi jeda ucapannya. "Dan Alfian?"
"Alfian lagi ada urusan OSIS, kalau Dandi sama Riki jangan harap mereka mau bantu dengan sukarela," jawab Revaldi yang masih sibuk memotret kue tart di hadapannya. "Lagian gue nggak mau mereka di sini."
"Kenapa?"
"Lo liat aja kita sekarang lagi dimana? Mana rela gue biarin makhluk kayak Dandi dan Riki masuk ke sini." Revaldi melirik Yasinta malas.
Yasinta mengangguk mengerti. Saat ini, mereka sedang berada di kamar Anggi, berhubung Anggi sedang mengantar Mamanya arisan jadi kesempatan ini Revaldi gunakan untuk memberi surprise kepada Anggi. Sebelumnya, mereka sudah mendapat izin dari Ayah Anggi untuk mendekor kamar putrinya.
"Lama banget, sih." Yasinta mendudukkan badannya di sofa merah yang terletak di dekat pintu.
"Kalau lo mau pulang nggak apa-apa."
"Enak aja gue sudah capek ngedekor ini, lo mau ngusir gue gitu aja," protes Yasinta tidak terima.
"Kidding Yas, sensian amat." Revaldi terkekeh.
"Haha, lucu." Yasinta pura-pura tertawa, sebelum memutar bola matanya kesal.
"Kakak Yasinta," panggil gadis kecil yang baru saja masuk ke dalam kamar Anggi.
Gadis cilik berponi itu menarik ujung baju Yasinta pelan, bibir kecilnya tak berhenti bergerak mengunyah coklat yang membuat pipi tembamnya belepotan.
Yasinta menundukkan kepala menjajarkan tingginya dengan anak kecil berusia tujuh tahun itu. Anggia, atau biasa dipanggil Gia, adalah adik perempuan Anggi. Yasinta begitu mengenal Gia karena keseringan berkunjung ke rumah Anggi, membuat Yasinta menjadi akrab dengan keluarga Anggi.
"Iya Gia, ada apa?"
"Kak Anggi sudah datang sama Mama," bisik Gia.
Yasinta terkesiap bangun dari tempatnya, ia melihat Revaldi yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Yasinta dan Gia. Revaldi mengambil kue tart dan segera menghidupkan lilin dengan Angka tujuh belas di atasnya.
Baru saja Revaldi mau melangkah mendekat ke arah pintu, ia dihalangi oleh Gia yang sudah membentangkan tangan agar Revaldi tidak bisa lewat. Gia mengulurkan kedua tangannya, mata beloknya menatap kue di tangan Revaldi.
"Gia mau pegang kuenya."
"Biar kakak Revaldi aja ya, ini ada apinya." Revaldi menunjuk lilin yang menyala. "Kalau kena Gia 'kan bahaya."
"Nggak mau, Gia mau bawa kuenya."
"Udahlah Rev, kasih aja," timpal Yasinta.
"Pokoknya gue yang mau ngasih kuenya, Anggi harus niup lilin dari tangan kue." Revaldi tetap menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Fiksi Remaja⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...